YOGYAKARTA – Potensi sumber daya budidaya perikanan di Indonesia sangatlah besar. Saat ini Indonesia menjadi Negara penyumbang bahan makanan dari budiaya perikanan terbesar ke-4 di dunia, sesudah China, India, Vietnam. Meskipun demikian, konsumsi ikan di Indonesia tidak merata, di luar jawa pada umumnya tinggi dari rata-rata (30,17 kg/kapita), sedangkan di Jawa lebih rendah bahkan kurang dari 20 kg/kapita.
Hal itu disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Rustadi, M.Sc., dalam pidato pengukuhan guru besar Fakultas Pertanian UGM yang berlangsung di ruang balai senat, Rabu (16/11). Menurut Rustadi, budidaya perikanan semakin penting peranannya secara nasional maupun global. Karena kontribusinya dalam penyediaan bahan makanan berprotein, lapangan kerja, pendapatan, lingkungan dan pengentasan kemiskinan sangatlah besar.
Namun demikian, beberapa tipe budidaya perikanan telah menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik, konservasi lahan yang mengarah pada perusakan habitat dan pencemaran lingkungan dan wabah penyakit. “Upaya peningkatan produksi muncul beberapa kendala dalam budidaya perikanan karena masih kurang sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Oleh karena itu, dia mengusulkan pembangunan berkelanjutan dalam budidaya perikanan seharusnya menerapkan budidaya perikanan sesuai daya dukung, pengembangan ikan dengan trofik makanan pendek, system budiaya polikukltur dan budidaya terpadu, penerapan budidaya yang ramah lingkungan, substitusi tepung dan minyak ikan dengan bahan alternatif, pengendalian penyakit dan penebaran benih tahan penyakit serta penerapan bio-safety.
Akibat penurunan keanekaragaman dan pencemaran genetik, konversi lahan, pencemaran lingkungn, wabah parasit dan penyakit, perlu diatasi dengan menerapkan budidaya ikan sesuai dengan daya dukung, budidaya ikan dengan trofik makanan pendek, sistem polikultur dan terpadu, pengelolaan budidaya perikanan yang ramah lingkungan, pengendalia penyakit dan penggunaann benih tahan penyakit dan biosafety. (Humas UGM/Gusti Grehenson)