• Tentang UGM
  • Faperta
  • DSSDI
  • Perpustakaan
  • LPPM
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Pertanian
Departemen Perikanan
  • Profil
    • Staff
    • Tentang Kami
    • Struktur Organisasi
    • Kerja Sama
  • Akademik
    • Program Studi Akuakultur
    • Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik
    • Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
    • Program Studi Magister Ilmu Perikanan
  • Berita
  • Fasilitas
    • Laboratorium
    • Inkubator Mina Bisnis
    • Unit Bisnis delifiZ
  • Kemahasiswaan
    • KMIP
    • Bahari Pers
    • Selam Perikanan
  • Beranda
  • SDG 14: Ekosistem Lautan
  • SDG 14: Ekosistem Lautan
Arsip:

SDG 14: Ekosistem Lautan

SinnTech 24 Soroti Pemanfaatan Bahan Lokal untuk Pakan Ikan: Solusi Berkelanjutan bagi Akuakultur

BeritaNews Friday, 2 May 2025

Yogyakarta, 30 April 2025 – Webinar bertajuk “Utilization of Local Raw Materials for Fish Feed: A Sustainable Solution for Aquaculture” sukses diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan SinnTech 24. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri dari akademisi dan staf dari berbagai institusi perikanan dan kelautan di Indonesia. Webinar ini menjadi wadah diskusi ilmiah mengenai upaya pemanfaatan bahan baku lokal untuk mendukung keberlanjutan dalam industri pakan akuakultur.

Acara ini menghadirkan dua narasumber ahli yang membagikan wawasan terkait inovasi bahan baku pakan ikan alternatif. Narasumber pertama, Associate Professor Dr. Ainulyakin H. Imlani, dari Mindanao State University Tawi-Tawi College of Technology and Oceanography menyampaikan materi berjudul “Potential Alternative Indigenous Aquaculture Feed Stuffs”. Dalam paparannya, Dr. Ainulyakin menekankan bahwa ketergantungan terhadap bahan pakan konvensional seperti fishmeal dan soybean meal tidak lagi berkelanjutan karena ketersediaannya yang semakin terbatas akibat overfishing dan alih fungsi lahan. Dr. Ainulyakin mengenalkan berbagai bahan pakan lokal seperti tanaman, serangga, alga, serta produk samping agro-industri—termasuk palm kernel cake dan brewer’s spent grain—yang dinilai bernutrisi tinggi dan ekonomis untuk digunakan sebagai bahan pakan ikan.

Sementara itu, narasumber kedua, Dr. Senny Helmiati, S.Pi., M.Sc., dari Departement Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada memaparkan hasil risetnya dalam presentasi bertajuk “Exploration of Local Ingredient for Aquafeed in Indonesia”. Dr. Senny Helmiati menyoroti potensi bahan bahan lokal dari serangga serta tanaman untuk menjadi alternatif bahan pakan ikan. Salah satu hal yang disampaikan mengenai larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai sumber protein alternatif yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang disajikan, media budidaya seperti bungkil inti sawit, ampas kopi, limbah roti, hingga limbah fermentasi mampu menghasilkan maggot dengan kandungan nutrisi yang bervariasi dan tinggi, terutama dalam aspek protein, lemak, dan energi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan limbah organik lokal dapat menjadi solusi ganda: mengurangi limbah dan menghasilkan bahan pakan berkualitas.

Topik webinar ini memiliki korelasi kuat dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 2: Zero Hunger, SDG 12: Responsible Consumption and Production, dan SDG 14: Life Below Water. Pemanfaatan bahan lokal dan limbah organik untuk pakan ikan tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga membantu pelestarian ekosistem laut serta mendorong praktik produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Webinar ini menunjukkan bahwa inovasi berbasis kearifan lokal dan sumber daya terbarukan menjadi kunci menuju sistem akuakultur yang lebih berkelanjutan.

Penulis : Galuh Wulanuari

Editor : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si (Han), Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Menjelajahi Dunia Perikanan: Pengalaman Magang Atalie Safa di PPN Prigi Melalui MBKM

Berita Wednesday, 30 April 2025

Menjadi seorang mahasiswa bukan hanya sekedar menguasai teori di dalam kelas, tetapi juga melibatkan penerapan pengetahuan melalui pengalaman langsung. Hal inilah yang sedang dijalani oleh Atalie Safa Danella Laksita Khairah, mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik angkatan 2022 dari Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Saat ini, Atalie sedang melaksanakan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa Timur, yang dimulai sejak 10 Februari dan akan berlangsung hingga Juni 2025 mendatang. Program magang ini menjadi kesempatan penting bagi Atalie untuk menggali lebih dalam tentang dunia perikanan tangkap, baik dari sisi teknis maupun sosial di lapangan.

Selama menjalani magang, Atalie terlibat langsung dalam berbagai aktivitas operasional di pelabuhan, seperti pengurusan surat administrasi pelayaran, pengaturan perbekalan kapal, hingga pencatatan hasil tangkapan ikan. Ia juga belajar mengenai sistem kerja cold storage (gudang pendingin), serta pengelolaan lahan dan bangunan di sekitar pelabuhan. Melalui pengalaman ini, Atalie mendapat pemahaman mendalam tentang pentingnya efisiensi dan koordinasi antar unit kerja untuk menjaga kelancaran operasional pelabuhan. Atalie belajar bahwa selain keterampilan teknis, membangun hubungan yang baik antara petugas pelabuhan, instansi pemerintah, nelayan, dan pengusaha perikanan sangat krusial, terutama dalam situasi yang memerlukan koordinasi cepat dan dinamis. “Bekerja di sektor perikanan tidak hanya mengenai data dan teknik, namun juga penting untuk membangun komunikasi yang solid dan hubungan kerja yang baik,” ujar Atalie.

 

Magang di PPN Prigi memberikan banyak wawasan mengenai sektor perikanan, dan diharapkan lebih banyak mahasiswa di masa depan dapat merasakan manfaat serupa. Program ini diharapkan terus berkembang dan membuka lebih banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan praktis mereka. Harapannya, Departemen Perikanan UGM dapat terus berkontribusi dalam pengembangan sektor perikanan dan keberlanjutan ekosistem laut melalui kolaborasi berbagai pihak, selaras dengan SDGs pada point nomor (4) Pendidikan Bermutu, (9) Infrastruktur, Industri, dan Inovasi, (14) Ekosistem Laut, dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Penulis: Fathurrahman Kafi

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Mahasiswa Perikanan UGM Belajar Budidaya Ikan Hias Melalui Program MBKM di Swasti Farm

Berita Wednesday, 30 April 2025

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan oleh Program Studi Akuakultur, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk langsung terlibat dalam dunia industri perikanan. Salah satu implementasi program ini adalah kegiatan magang di Swasti Farm, yang berfokus pada budidaya ikan hias, khususnya ikan guppy. Magang ini memberi mahasiswa pengalaman praktis yang tidak hanya terbatas pada pembelajaran teoritis, tetapi juga pada keterampilan teknis melalui kegiatan lapangan. Program ini didampingi oleh Dr. Senny Helmiati, S.Pi., M.Sc., yang bertindak sebagai dosen pembimbing lapangan untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif. Selama magang, mahasiswa terlibat dalam berbagai aspek operasional di Swasti Farm, mulai dari perawatan larva ikan guppy hingga proses penjualan, serta mendukung pemasaran dan pengemasan ikan.

Menurut Alya Putri Mezzaluna, salah satu mahasiswa yang mengikuti program magang ini, pengalaman yang didapat sangat relevan dengan mata kuliah yang sudah dipelajari di kampus, seperti Dasar Genetika, Dasar Akuakultur, dan Teknologi Pembenihan. Di Swasti Farm, mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan seleksi dan penyilangan ikan guppy, dengan tujuan untuk memperbaiki genetik atau meningkatkan fenotipe ikan. Beberapa mata kuliah lainnya yang terkonversi selama magang ini antara lain Manajemen Hatchery, Budidaya Ikan Hias, dan Pemasaran Produk Akuakultur. Pengalaman lapangan ini memberikan pemahaman yang lebih aplikatif dan menyeluruh, sehingga mahasiswa tidak hanya memperoleh teori tetapi juga langsung terlibat dalam penyelesaian masalah di dunia industri perikanan.

Luna juga menyampaikan kesan positif terhadap kegiatan magang di Swasti Farm. Ia mengapresiasi suasana kerja yang mendukung dengan rekan kerja yang ramah, sehingga membuat kegiatan magang berjalan dengan lancar dan penuh semangat. Luna berharap agar program MBKM dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan, karena program ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk merasakan dinamika dunia kerja yang sebenarnya, khususnya di bidang akuakultur yang memiliki tingkat kompleksitas teknis dan operasional yang tinggi. Ia juga berharap agar program MBKM mendapat dukungan lebih dari berbagai pihak, sehingga mahasiswa dapat terus mengembangkan wawasan, membangun relasi, dan mendapatkan pengalaman berharga di luar lingkungan akademik formal. Program ini sejalan dengan tujuan SDGs, yaitu Pendidikan Bermutu (SDG 4), Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (SDG 8), serta Menjaga Ekosistem Laut (SDG 14), yang mendukung kemajuan sektor akuakultur nasional.

Penulis: Fathurrahman Kafi

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

DKP Bantul Gandeng UGM untuk Pendampingan Demplot Perikanan dan Tambak Garam

BeritaNews Friday, 25 April 2025

Yogyakarta, 21 April 2025 — Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bantul melakukan kunjungan ke Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kunjungan ini dilaksanakan untuk membahas rencana kerja sama pendampingan teknis dalam program pengembangan demplot perikanan dan tambak garam di wilayah pesisir Bantul.

Pertemuan ini menjadi tindak lanjut dari permohonan resmi DKP Bantul kepada UGM untuk mendampingi beberapa kegiatan strategis. Program strategis potensial yaitu percobaan demplot pendederan benih bening lobster (BBL), pembesaran udang vaname, bandeng, serta pengelolaan tambak garam. Program-program tersebut dirancang sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama dalam menyambut tuntasnya pembangunan jalur selatan-selatan yang diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan pesisir.

DKP Bantul sangat mengapresiasi respons positif dari Departemen Perikanan UGM dengan berharap kedepannya kegiatan ini tidak hanya memberikan hasil nyata di lapangan, tetapi juga berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Sebagai langkah awal, DKP Bantul telah menunjuk Anes Dwi Jayanti, S.Pi., M.Agr., dosen perikanan UGM sebagai salah satu tim ahli yang akan mendampingi pelaksanaan kegiatan tersebut. Anes Dwi Jayanti, S.Pi., M.Agr. diharapkan dapat menjadi penghubung dalam koordinasi lebih lanjut dengan dosen dan peneliti lain dari Departemen Perikanan UGM pada program-progam transdisplin tersebut.

Anes Dwi Jayanti, S.Pi., M.Agr menyatakan bahwa menjadi tim ahli tentu bukan hal yang mudah, karena cakupan kegiatan cukup luas. Namun, kolaborasi tim dari Departemen Perikanan UGM akan menjadi kekuatan utama untuk mewujudkan pendampingan yang menyeluruh dan berdampak nyata. Departemen Perikanan UGM menyatakan kesiapan untuk menyediakan tim pendamping lintas bidang sesuai kebutuhan, sebagai bagian dari komitmen institusi dalam mendukung pengembangan wilayah berbasis riset dan teknologi.

Kolaborasi ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara institusi pendidikan tinggi dan pemerintah daerah. Program-program yang disusun juga memastikan bahwa kebijakan dan kegiatan pembangunan yang dijalankan di tengah masyarakat berbasis data ilmiah dan pendekatan terapan yang berkelanjutan. Secara langsung, program ini turut mendukung pencapaian beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya SDG 1 (Tanpa Kemiskinan) melalui peningkatan pendapatan masyarakat pesisir, SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dengan penguatan sektor produksi perikanan dan pangan lokal, SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) melalui penciptaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi lokal, SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan pendekatan budidaya berkelanjutan, serta SDG 14 (Ekosistem Lautan) melalui pengelolaan sumber daya laut secara bertanggung jawab dan berbasis ilmu pengetahuan.

Penulis : Galuh Wulanuari
Editor : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si.(Han)

Menelusuri Teaching Farm Departemen Perikanan UGM: Inovasi dalam Edukasi dan Riset Akuakultur

BeritaNews Thursday, 17 April 2025

Teaching Farm merupakan salah satu fasilitas unggulan yang dimiliki oleh Laboratorium Akuakultur, Program Studi Akuakultur, Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Fasilitas ini dibangun sebagai sarana penunjang kegiatan akademik dan riset yang berfokus pada budidaya perikanan. Teaching Farm menjadi tempat yang ideal bagi mahasiswa untuk melaksanakan praktikum dan penelitian secara langsung di lapangan. Keberadaannya menjadi penghubung antara teori yang dipelajari di kelas dengan aplikasi nyata dalam dunia akuakultur. Mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan teknis sekaligus memahami tantangan riil dalam budidaya ikan. Hal ini tentu saja mendukung pembentukan lulusan yang kompeten dan siap terjun ke dunia industri perikanan. Dengan demikian, Teaching Farm memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Departemen Perikanan UGM.

Salah satu keunggulan Teaching Farm ini adalah penggunaan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) di setiap bak budidayanya. Teknologi RAS memungkinkan air untuk digunakan kembali melalui proses penyaringan dan sirkulasi, sehingga ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya air. Sistem filtrasi yang digunakan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu jaring mekanis, media bio ball untuk filtrasi biologis, dan kaldness sebagai media tumbuh bakteri nitrifikasi. Ketiga elemen filter ini bekerja secara sinergis untuk menjaga kualitas air tetap optimal bagi pertumbuhan ikan. Penggunaan teknologi RAS juga memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam mengoperasikan sistem budidaya tertutup modern. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya mengenal metode konvensional, tetapi juga mampu memahami sistem budidaya yang lebih canggih dan berkelanjutan. Penguasaan teknologi seperti ini sangat penting dalam menghadapi tantangan industri akuakultur masa kini.

Luas keseluruhan Teaching Farm mencapai 20 meter persegi, yang dioptimalkan dengan tata letak yang efisien dan fungsional. Di dalamnya terdapat sebanyak 80 bak berbahan fiber yang masing-masing memiliki diameter sekitar 1 meter. Bak-bak ini digunakan untuk pemeliharaan ikan dalam berbagai skala eksperimen dan praktikum. Selain itu, tersedia pula 20 toren atau penampung air yang berfungsi sebagai sumber suplai air utama ke setiap bak budidaya. Ketersediaan air bersih yang terjamin menjadi faktor penting dalam mendukung kelangsungan kegiatan budidaya dan penelitian. Untuk menjaga kestabilan sistem, Teaching Farm dilengkapi dengan aerator lengkap di setiap unitnya. Keberadaan aerator ini berfungsi untuk menjaga kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap optimal bagi kehidupan ikan.

Menariknya, Teaching Farm Departemen Perikanan UGM juga memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber listrik cadangan, yaitu melalui panel tenaga surya. Inovasi ini mencerminkan komitmen Departemen Perikanan UGM terhadap prinsip keberlanjutan dan efisiensi energi dalam kegiatan akademik. Sistem tenaga surya ini memberikan dukungan listrik alternatif ketika terjadi pemadaman, sehingga kegiatan praktikum dan riset tidak terganggu. Mahasiswa juga diajarkan untuk memahami pentingnya integrasi antara teknologi perikanan dan energi ramah lingkungan. Penggunaan panel surya menjadi bentuk nyata dari pengembangan Teaching Farm yang modern dan adaptif terhadap isu global. Dengan fasilitas yang terus diperbarui, mahasiswa dapat belajar dalam lingkungan yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Hal ini tentu saja memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran dan penelitian di Departemen Perikanan UGM.

Jenis ikan yang dibudidayakan di Teaching Farm cukup beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian mahasiswa. Ikan nila dan lele merupakan spesies yang paling sering digunakan karena keduanya memiliki nilai ekonomis tinggi dan teknik budidaya yang relatif mudah. Baru-baru ini, mahasiswa juga mulai meneliti ikan gabus sebagai objek studi baru di Teaching Farm. Penambahan spesies ini membuka peluang riset lebih luas terkait biologi, pertumbuhan, dan teknologi budidaya ikan air tawar. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan metode budidaya yang inovatif dan efisien melalui penelitian langsung di fasilitas ini. Lingkungan yang mendukung dan fasilitas yang lengkap membuat Teaching Farm menjadi tempat ideal bagi pengembangan ilmu dan keterampilan. Dengan terus meningkatnya minat dan partisipasi mahasiswa, Teaching Farm semakin menunjukkan perannya sebagai jantung kegiatan akademik dan riset di Departemen Perikanan UGM. Keberadaan Teaching farm Departemen Perikanan UGM ini sejalan dengan tujuan global atau SDGs pada poin ke-4 : Pendidikan Bermutu, poin ke-7 : Energi bersih dan Terjangkau, poin ke-9 : Infrastruktur, Industri dan Inovasi, serta poin ke-14 : Menjaga Ekosistem Laut. 

Penulis : Rafi Sukma Aulia

Editor 1 : Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc.

Editor 2 : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han)

Perkuat Kolaborasi Riset dan Pendidikan, Duta Besar Rwanda Kunjungi Departemen Perikanan UGM

BeritaNews Wednesday, 9 April 2025

Yogyakarta, 9 April 2025 — Duta Besar Republik Rwanda untuk Indonesia, H.E. Sheikh Abdul Karim Harelimana, melakukan kunjungan resmi ke Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM). Kunjungan ini menjadi bagian dari agenda diplomatik untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang pendidikan tinggi dan riset, khususnya dalam sektor perikanan dan akuakultur. Duta Besar disambut langsung oleh Prof. Dr. Alim Isnansetyo selaku Kepala Departemen Perika nan UGM. Dalam sambutannya, Prof. Alim memaparkan sejarah dan pencapaian Departemen Perikanan yang telah berdiri sejak tahun akademik 1963/1964 dan resmi menjadi departemen pada tahun 1983. Hingga saat ini, Departemen Perikanan UGM telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan perikanan secara regional dan nasional.

Saat ini, departemen memiliki tiga program studi utama jenjang sarjana: Budidaya Perikanan (Akuakultur), Manajemen Sumber Daya Perikanan, dan Teknologi Hasil Perikanan. Berbagai penelitian unggulan sedang dikembangkan, seperti pengembangan ikan nila unggul, vaksin bakteri dan virus untuk ikan kerapu, inovasi dalam pakan dan sistem akuakultur, serta riset tentang keanekaragaman hayati laut, konservasi, dan sosial ekonomi perikanan.

Dalam kunjungan tersebut, Duta Besar juga didampingi oleh salah satu mahasiswa asal Rwanda, Joas Iradukunda, yang sedang menempuh pendidikan di Departemen Perikanan UGM. Joas bersama dosen pembimbing akademiknya, Assoc. Prof. Dr. Indah Istiqomah, turut menjelaskan topik riset yang sedang dijalankan, yakni tentang pengaruh pemberian prebiotik inulin dan probiotik Bacillus-Lactococcus dalam pakan terhadap histologi usus, ekspresi gen, aktivitas enzim, dan pertumbuhan ikan nila hibrida merah (Oreochromis sp). Penelitian ini mencerminkan fokus akademik UGM dalam pengembangan teknologi budidaya ikan yang ramah lingkungan dan efisien.

Setelah sesi presentasi dan diskusi, Duta Besar mengunjungi beberapa fasilitas laboratorium di lingkungan Departemen Perikanan, seperti Laboratorium Budidaya, Laboratorium Ekologi dan Hidrobiologi, Laboratorium Sosial Ekonomi dan Pengelolaan Sumber Daya, serta Laboratorium Genetika dan Pemuliaan. Pada setiap laboratorium, terdapat gambaran langsung mengenai kegiatan riset dan inovasi yang sedang berlangsung, termasuk pelatihan praktis mahasiswa di unit-unit pelatihan.

Dalam sesi penutupan, Duta Besar Harelimana menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari pihak UGM serta komitmen universitas dalam mendukung pengembangan kapasitas mahasiswa Rwanda. Beliau berharap ke depan dapat terjalin kemitraan yang lebih erat antara institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan Rwanda, khususnya dalam bidang akuakultur dan perikanan, melalui program pertukaran mahasiswa dan kolaborasi riset yang saling menguntungkan.

Kegiatan kunjungan ini turut mendukung pencapaian beberapa poin penting dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), di antaranya, SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) kolaborasi pendidikan antara UGM dan Rwanda membuka akses terhadap pendidikan tinggi yang inklusif dan berkualitas bagi mahasiswa dari negara berkembang. Selanjutnya, SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), kegiatan riset dan inovasi di bidang akuakultur dan perikanan mendorong pengembangan industri yang tangguh dan berkelanjutan. SDG 14 (Ekosistem Lautan), penelitian tentang konservasi laut, keanekaragaman hayati, dan praktik budidaya yang berkelanjutan mendukung perlindungan sumber daya laut. SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), pertemuan ini memperkuat kemitraan global melalui kerja sama antar institusi pendidikan dan riset lintas negara. Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan Rwanda dalam memajukan bidang perikanan, pendidikan, dan riset berbasis keberlanjutan.

Penulis : Joas iradukunda, Galuh Wulanuari

Editor : Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc. & Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han).

Peringatan Hari Air: KMIP & HMTG UGM Gelar Aksi Restocking Ikan

Berita Thursday, 27 March 2025

Keluarga Mahasiswa Ilmu Perikanan (KMIP) UGM berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG) UGM menyelenggarakan kegiatan restocking ikan dalam rangka Hari Air Tahun 2025. Restocking ikan merupakan pelepasan ikan ke suatu perairan yang menjadi habitat alaminya untuk menambah stok dan melestarikan ikan tersebut. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu (15/3) di Desa Butuh, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Turut hadir pada kegiatan tersebut perwakilan dari kedua himpunan, perangkat desa, dan 30 orang anggota Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPBD-KUMKM).

Rangkaian kegiatan diawali dengan sambutan sebagai kata pembuka yang disampaikan oleh Kepala Desa Butuh, Suharyanto. Selanjutnya dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya manfaat air bagi manusia dan ekosistem. Dilanjutkan dengan diadakannya edukasi tentang restocking ikan, termasuk tujuan dan kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan restocking ikan. Mahasiswa KMIP UGM juga memaparkan beberapa larangan dalam menangkap ikan di sungai, seperti dengan menggunakan bahan peledak, racun, arus listrik, dan menangkap ikan saat musim pemijahan.

Setelah melakukan sosialisasi, perwakilan kedua himpunan bersama beberapa anggota LPBD-KUMKM bertolak ke sungai sekitar desa untuk melakukan penebaran benih ikan. Pada kesempatan tersebut, telah ditebar 1200 ekor benih ikan tawes dan 800 ekor benih ikan nilem. “Harapannya, restocking ikan tidak sekadar menebar benih tetapi sekaligus rehabilitasi ekosistem di sekitar Desa Butuh,” tutur Muhammad Imsak Ramadhani, perwakilan KMIP UGM. Dengan demikian, Hari Air tidak sekadar seremonial belaka melainkan bentuk pengingat dan ajang untuk melakukan aksi nyata bagi lingkungan.

Kegiatan ini mendukung terciptanya target Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, poin 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjjutan, poin 14: Ekosistem Lautan, serta poin 15: Ekosistem Daratan

Penulis: Alycia Ayuning Ekaputri Sasongko

Editor: Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., Nahla Alfiatunnisa, S.Pi., Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han).

Mahasiswa Perikanan UGM Jadi Finalis Pilmapres: Mewujudkan Gagasan Kreatif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

Berita Thursday, 27 March 2025

Yogyakarta – Mahasiswa berprestasi dari Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Gerson Lewis, baru-baru ini berhasil lolos sebagai finalis dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat Universitas. Keikutsertaannya dalam kompetisi ini mencerminkan kemampuan akademik yang tinggi serta dedikasi untuk mengatasi permasalahan di bidang perikanan dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Motivasi untuk mengikuti Pilmapres dimulai dengan dukungan akademik yang diberikan oleh Fakultas Pertanian UGM. Dukungan tersebut membuka kesempatan untuk maju ke ajang Pilmapres tingkat Universitas. Persiapan untuk mengikuti ajang ini dilakukan dalam waktu yang singkat dengan waktu yang diberikan untuk persiapan hanya dua hari. Berbagai hal yang diperlukan, termasuk gagasan kreatif yang harus dipresentasikan, segera dipersiapkan. Gagasan kreatif yang diajukan Gerson Lewis berjudul “Implementasi Sistem Budidaya Resirkulasi Tertutup & Multitrofik Terpadu Pada Benih Bening Lobster Sebagai Solusi Mengurangi Penyelundupan dan Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan.” Gagasan ini bertujuan untuk mencari solusi terhadap permasalahan sektor perikanan yang sering dihadapi nelayan, khususnya terkait penyelundupan benih lobster.

Portofolio yang mencakup prestasi, pengalaman organisasi, karya tulis, penghargaan, dan kontribusi terhadap masyarakat juga dipersiapkan. Selama proses persiapan, bimbingan diberikan oleh dosen pembimbing, Dr. Senny Helmiati, S.Pi. M.Sc., yang cepat tanggap dalam memberikan masukan mengenai gagasan kreatif. Keterlibatan dari Ketua Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., juga sangat membantu dalam proses administrasi.

Selama mengikuti Pilmapres, kesempatan untuk bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa hebat dari berbagai fakultas di UGM memberikan pengalaman yang sangat berharga. Saling bertukar ilmu dan perspektif antar bidang menjadi salah satu hal yang mengesankan. Beberapa tips untuk dapat lolos menjadi finalis Pilmapres diberikan berdasarkan pengalaman. Peserta diharapkan untuk terus mengikuti berbagai perlombaan guna meningkatkan kemampuan diri. Kegiatan kemasyarakatan dan organisasi juga sangat dianjurkan, dengan tambahan nilai jika peserta dapat menjalankan usaha. Kemampuan berbahasa Inggris menjadi hal yang sangat penting dalam kompetisi ini, karena menjadi salah satu penilaian yang sangat diperhatikan oleh juri.

Pilmapres ini bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga merupakan kesempatan penting untuk memberikan kontribusi nyata dalam masyarakat. Gagasan kreatif yang diajukan berhasil menempatkan Gerson Lewis sebagai finalis Pilmapres Universitas Gadjah Mada 2025, sekaligus menunjukkan bahwa mahasiswa perikanan turut berperan dalam menciptakan solusi untuk sektor perikanan.

Selain itu, gagasan yang diajukan sejalan dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama Tujuan 14 tentang Kehidupan Laut, yang berfokus pada konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut. Implementasi sistem budidaya resirkulasi dan multitrofik terpadu pada lobster berpotensi mengurangi praktek penyelundupan dan mendukung pelestarian ekosistem laut. Selain itu, gagasan ini juga berkontribusi pada Tujuan 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dengan menciptakan peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan lokal. Lebih lanjut, ini juga terkait dengan Tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, yang mendorong pengelolaan sumber daya alam yang lebih efisien dan berkelanjutan. Gagasan ini tidak hanya mengedepankan solusi praktis di bidang perikanan, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan global.

Penulis: Sheva Muhammad Althaf

Editor: Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., Nahla Alfiatunnisa, S.Pi., Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han).

Mahasiswa Internasional Magister Ilmu Perikanan Joas Iradukunda: Perjalanan Akademik dan Adaptasi Budaya di UGM

BeritaNews Friday, 14 March 2025

Yogyakarta, Indonesia – Mahasiswa internasional asal Rwanda, Joas Iradukunda, tengah menempuh studi Magister di bidang Ilmu Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Memulai perjalanan pada semester Ganjil 2024, berbagi pengalaman akademik dan sosial selama berada di Yogyakarta dijalaninya.

Joas mengungkapkan beberapa alasan utama memilih UGM sebagai tempat studi lanjutan antara lain UGM merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia, program studi yang diminati tersedia di sini, dan Yogyakarta dikenal sebagai kota dengan biaya hidup yang terjangkau bagi mahasiswa. Semangat untuk menempuh studi Magister di UGM mengantarkan Joas menjadi awardee beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dari Pemerintah Indonesia. Joas membagikan bahwa informasi mengenai beasiswa ini dapat diperoleh melalui pencarian online serta rekomendasi dari teman-teman yang sebelumnya menempuh studi di Indonesia.

Menjadi bagian dalam proses akademik di UGM tidak mudah bagi Joas. proses aplikasi cukup yang panjang dan persiapan dokumen yang matang menjadi hal yang krusial dalam proses pendaftaran. Berbagai dokumen yang harus dilengkapi antara lain transkrip nilai sarjana, sertifikat kelulusan, sertifikat kemampuan bahasa Inggris, serta surat rekomendasi dari Kedutaan Besar Indonesia di negara asal. Setelah mengirimkan aplikasi, dilakukan dua wawancara melalui Zoom: satu untuk asesmen psikologis dan satu lagi mengenai latar belakang akademik serta rencana penelitian.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah perbedaan zona waktu antara Rwanda dan Indonesia selama proses wawancara. Untuk mengatasinya, pengaturan alarm dan persiapan yang baik sangat membantu.

Joas mengungkapkan pendapat mengenai lingkungan akademik di UGM yang sangat mendukung mahasiswa untuk berkembang. Fasilitas dan sumber daya yang tersedia sangat baik, serta suasana mendorong pertumbuhan akademik maupun pribadi. Tidak berhenti disitu, dukungan dari para dosen dan staf fakultas sangat membantu mahasiswa internasional dalam menyesuaikan diri dengan sistem akademik di UGM. Joas juga menambahkan, jika dibandingkan dengan sistem pendidikan di negara asal, UGM memiliki fasilitas dan teknologi yang lebih maju serta menawarkan peluang jejaring dan kolaborasi yang lebih luas.

Awal cerita Joas dalam mengukir pengalaman di UGM dimulai saat pertama tiba di Yogyakarta, tantangan terbesar adalah beradaptasi dengan cuaca, perbedaan bahasa, dan makanan lokal. Namun, keramahan masyarakat Indonesia membantu dalam proses adaptasi. Salah satu aspek budaya yang paling dinikmati adalah pertunjukan tari tradisional serta berbagai acara budaya di UGM. Namun, ada pula kejutan budaya, terutama dalam hal kebiasaan orang Indonesia yang terbuka dalam menanyakan hal-hal pribadi. Untuk menghadapi hal ini, memberikan jawaban yang lebih umum menjadi cara agar tetap merasa nyaman.

Sebagai mahasiswa internasional, tantangan terbesar adalah kendala bahasa. Meskipun sedang mempelajari Bahasa Indonesia, komunikasi sehari-hari masih menjadi tantangan tersendiri. Untuk menyeimbangkan kehidupan akademik dan sosial, pengaturan waktu yang baik dilakukan dengan membagi fokus antara studi dan kegiatan non-akademik.

Joas juga membagikan rencana akademik yang telah disusun setelah menyelesaikan studi di UGM, yaitu kembali ke Rwanda untuk menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh di Indonesia. Keinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral di luar negeri juga menjadi salah satu tujuan masa depan. Studi di UGM telah memberikan banyak wawasan dan keterampilan yang akan sangat berguna dalam karier di bidang ilmu perikanan. Harapan besar untuk dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan sektor ini di negara asal.

Beberapa tips and tricks disampaikan oleh Joas bagi calon mahasiswa internasional yang ingin melanjutkan studi di UGM dengan melakukan persiapan yang baik, baik secara akademik maupun mental, sangat disarankan. Mempelajari budaya dan bahasa Indonesia sebelum datang, memanfaatkan semua kesempatan yang tersedia di UGM, serta tetap terorganisir dalam proses aplikasi dan studi menjadi kunci keberhasilan. Dengan semangat dan tekad yang kuat, perjalanan akademik Joas Iradukunda di UGM menjadi bukti bahwa pendidikan lintas negara membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk berkembang dan berkontribusi di tingkat global.

Perjalanan akademik Joas Iradukunda di UGM sejalan dengan beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Beasiswa KNB yang diterima mendukung SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dengan memberikan akses pendidikan tinggi yang inklusif dan berkualitas. Studi dalam bidang Ilmu Perikanan berkontribusi pada SDG 14 (Ekosistem Lautan) dengan meningkatkan pemahaman mengenai perikanan berkelanjutan dan konservasi sumber daya laut. Selain itu, pengalaman lintas budaya dan jejaring internasional yang dibangun selama studi turut mendukung SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan memperkuat kerja sama global dalam bidang akademik dan penelitian. Dengan ilmu yang diperoleh, diharapkan dapat berkontribusi dalam pengelolaan perikanan yang lebih baik di Rwanda serta memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan negara asal dalam bidang kelautan dan perikanan.

Penulis : Galuh Wulanuari

Editor : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han)

Departemen Perikanan UGM dan ISPIKANI DIY Selenggarakan Webinar Bincang MBG

BeritaNews Friday, 14 March 2025

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Dewan Pengurus Daerah Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan webinar bertajuk Bincang MBG: Strategi dan Kesiapan Sektor Perikanan dalam Mendukung Pelaksanaan MBG di DIY. Webinar ini berlangsung pada Jumat, 7 Maret 2025, pukul 13.00 WIB, dengan jumlah peserta sebanyak 102 orang. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, yaitu akademisi, kebijakan, bisnis, dan operasional, guna membahas peran sektor perikanan dalam mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBG).

Webinar ini menghadirkan empat narasumber utama, yaitu Heri Sulistio, S.Pi., M.T. (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY) yang membahas kebijakan pembangunan perikanan dalam mendukung MBG, Saptono (pembudidaya ikan) yang menjelaskan peluang budidaya ikan dalam MBG, serta dua akademisi dari UGM, Dr. Nurfitri Ekantari, S.Pi., M.P., yang membahas produk hilir ikan, dan Dr. dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes., yang membahas manfaat gizi ikan bagi tumbuh kembang siswa. Diskusi yang dipandu oleh Dr. Desy Putri Handayani, S.Pi., ini bertujuan untuk memberikan wawasan komprehensif kepada peserta mengenai keterkaitan sektor perikanan dengan MBG, mulai dari aspek akademik hingga aplikatif di dunia industri dan kebijakan.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara akademisi, pelaku usaha, dan pembuat kebijakan dalam mendukung implementasi MBG di sektor perikanan. Dengan keterlibatan berbagai pihak, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung melalui program MBG yang selaras dengan kebutuhan industri. Selain itu, webinar ini juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab, serta SDG 14: Ekosistem Lautan, yang berfokus pada ketahanan pangan, pendidikan berkualitas, serta keberlanjutan ekosistem perairan.

Penulis: Aurelie Firlana Salsabilla

Editor: Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han)

123…6
Universitas Gadjah Mada

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada
Gedung A4, Jl. Flora, Bulaksumur,Yogyakarta, 55281
 +62274-551218
 fish@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY