Pengembangan secara berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sering dihadapkan pada beberapa kendala seperti kontinuitas produksi, kualitas dan kuantitas produk, keterbatasan akses pasar, dan lemahnya kualitas pengelola usaha tersebut. Permasalahan tersebut juga kerap dihadapi oleh pembudidaya ikan air tawar di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Untuk mendukung penyelesaian permasalahan tersebut, Bank Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman serta Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada melaksanakan program pengembangan klaster ikan air tawar.
Pengembangan klaster ikan air tawar ini sesungguhnya juga merupakan salah satu respon untuk mendorong recovery cepat usaha perikanan akibat bencaca erupsi Merapi akhir tahun 2010 yang lalu. Bencana Merapi tersebut telah mengancam berbagai usaha ekonomi di wilayah sekitar Merapi, bahkan menyebabkan kehilangan total (100% loss) usaha produktif termasuk usaha perikanan di zona rawan bencana radius 20 km dari puncak Merapi. Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Kepis, Burikan, Mlati, Sleman, juga terpengaruh oleh bencana erupsi Merapi. Namun demikian, usaha perikanan tersebut dapat dengan cepat kembali pulih.
Program Klaster Perikanan Air Tawar di KPI Mina Kepis telah rancang untuk diimplementasikan dalam 2 (dua) tahap. Pada tahap pertama, kegiatan lebih difokuskan pada fasilitasi sarana pendukung kegiatan kelompok dan pendampingan. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya pemberian bantuan fisik yang bersifat prioritas untuk menunjang program, yaitu (1) parkir kendaraan dan (2) pembuatan saluran irigasi. Program ini diikuti dengan pelatihan dan kunjungan lapangan, meliputi (1) pelatihan manajemen usaha dan pembukuan, (2) kunjungan dan pengenalan teknologi pembuatan pakan, dan (3) pendampingan kelompok. Pada tahap kedua, di tahun 2012 ini akan difokuskan pada usaha peningkatan jumlah dan kualitas produksi ikan, penguatan pasar dan kelembagaan kelompok, pelibatan kelompok perempuan dan mendorong akses ke sumber-sumber pembiayaan.
Hasil kegiatan di tahun 2011 yang lalu telah memberikan berbagai informasi dan data tentang potensi, peluang dan tantangan pengembangan KPI Mina Kepis. KPI ini masih memiliki potensi besar untuk berkembang, apalagi dari aspek geografis lokasi KPI Mina Kepis sangat strategis baik untuk kegiatan produksi maupun pemasaran hasil perikanan. Motivasi kelompok dan anggotanya yang sangat tinggi juga memberikan harapan akan keberhasilan berbagai supporting program untuk klaster perikanan. Berikut itu adalah beberapa catatan perkembangan dan hasil kegiatan di tahun 2011:
Terkait dengan pengelolaan kelompok, KPI Mina Kepis memiliki sejarah yang panjang dalam mengelola usaha perikanan, khususnya kegiatan produksi dan penjulan ikan baik benih, ikan konsumsi, maupun ikan hias. Namun aspek inovasi dalam pengelolaan kelompok, administrasi, dan pembukuan kelompok masih perlu ditingkatkan. Dukungan terhadap penguatan kelembagaan dan infrastruktur kelompok masih perlu diperkuat dan dikembangkan, termasuk mendigitasi database yang ada saat ini.
Kondisi saat ini hampir 80% dari total luas lahan berupa kolam tanah (ekstensif) dan sisanya berupa kolam semi permanen, serta sebagian kecil yang permanen. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan pergeseran sistem budidaya dari pola ektensif ke intensif (kolam permanen) dan semi intensif (kolam semi permanen). Penggeseran ini memiliki peluang untuk keberhasilan dalam meningkatkan ketersediaan dan efektivitas penggunaan lahan.
Dari aspek teknis budidaya perikanan, anggota kelompok telah memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi budidaya perikanan, walaupun masih perlu ditingkatkan. Pengembangan kelompok lebih lanjut dengan menerapkan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) perlu diterapkan. Segmen usaha pembenihan ikan perlu lebih dikuasai oleh anggota kelompok agar dapat memanfaatkan permintaan pasar pada segmen ini yang terus meningkat. Pengembangan kegiatan pembenihan di masa yang akan datang memerlukan fasilitas pembenihan (hatchery) yang dikelola bersama sehingga dapat meningkatkan penghasilan anggota dan kelompok.
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang menjadi domain utama KPI Mina Kepis. Kelompok berhasil mengembangkan konsep pemasaran yang khas “memproduksi apa yang dibutuhkan pasar, tidak sekadar menjual apa yang diproduksi”. Kegiatan ini telah mampu mengaitkan KPI Mina Kepis dengan berbagai komunitas produsen ikan di Mlati dan daerah sekitarnya dan memasarkan dengan jangkauan pasar yang luas, sampai ke luar provinsi.
Nilai penjualan di pasar kelompok terus meningkat dengan total nilai mencapai hampir Rp 1,5 miliar di tahun 2011. Nilai tersebut secara rata-rata naik sebesar 7,7% per tahun dalam periode 2006-2011. Namun demikian, karena bencana erupsi di akhir tahun 2010, terjadi penurunan total nilai penjualan mencapai 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tersebut kemudian meningkat secara meyakinkan pada tahun 2011, yaitu naik sebesar 26,2% dari total nilai 2010, atau meningkat secara agregat sebesar Rp 310,8 juta antara tahun 2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan kemampuan recovery cepat usaha perikanan pasca bencana erupsi Merapi. Bahkan, nilai penjualan ikan KPI Mina Kepis meningkat dari Rp 75,9 juta saat puncak erupsi Merapi di bulan Desember 2010 menjadi Rp 111,9 juta pada bulan berikutnya (setelah status bahaya Merapi diturunkan).
Sumber bahan baku (benih, ikan konsumsi, ikan hias) yang dipasarkan melalui pasar kelompok tidak hanya berasal dari dalam kelompok, tetapi juga berasal dari daerah luar kelompok (baik luar desa, kecamatan, kabupaten dan maupu luar provinsi). Diperkirakan lebih dari enam puluh persen ikan yang diperdagangkan berasal dari luar kelompok. Karena kualitas produk perikanan yang dijual yang menjadi salah satu daya tarik dari keberadaan KPI Mina Kepis, maka kelompok harus mampu menjamin hal tersebut. Karena itu standar dan jaminan kualitas perlu disusun bersama oleh kelompok. Kelompok juga masih perlu mengantisipasi dinamika pasar ikan, baik harian, bulanan, musim tanam maupun tahunan. Karena itu pendampingan tentang manajemen stok perlu diperkuat.
Pasar KPI Mina Kepis belum dapat melayani penjualan ikan jarak jauh karena penguasaan teknologi pengangkutan ikan (benih dan konsumsi) untuk jarak jauh belum dikuasai atau hanya dikuasai oleh 1-2 orang saja. Karena itu peningkatan pengetahuan pengepakan ikan hidup perlu diintroduksi. Upaya ini dapat dilakukan secara beriringan dengan pengembangan informasi dan teknologi untuk kelompok, seperti pengembangan website kelompok untuk promosi penjualan secara online. Upaya ini tentu saja membutuhkan tenaga baru dalam kelompok yang akan mengelola pasar online.
Pakan ikan walaupun menjadi faktor pembatas utama dalam kegiatan budidaya perikanan, namun produksi pakan sendiri perlu diperimbangkan dengan baik feasibilitasnya. Program produksi pakan hanya dapat terealisasi jika tersedia sarana produksi pakan ikan, lokasi yang layak untuk produksi pakan, dan ketersediaan tenaga pengelola.
Perkembangan yang ada dalam kelompok akhir-akhir ini sudah mengarah pada diversifikasi usaha, tetapi belum terkelola dengan baik. Kelompok telah mengelola usaha pakan ikan dengan melakukan stok pakan dan dijual pada anggota kelompok. Kelompok juga sudah mengembangkan usaha pengolahan hasil perikanan, walaupun hanya sebatas membersihkan sisik ikan yang dijual. Program-program penguatan untuk penanganan pasca panen dan pengolahan hasil perikanan perlu dikembangkan. Apalagi data-data lapangan menunjukkan minat masyarakat umum untuk datang ke lokasi untuk wisata juga semakin meningkat, terutama di akhir pekan. Konsumen pasar ikan Mina Kepis saat ini nampak sedang bergeser dari dahulu hanya para pembudidaya ikan yang mencari bibit sekarang bertambah ke konsumen yang mencari ikan konsumsi. Kelompok perempuan memiliki peluang untuk terlibat dalam kegiatan perikanan, khususnya pengolahan ikan di Burikan.
Tim Pendamping Jurusan Perikanan UGM
Suadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D
Ir. Ign. Hardaningsih, M.Si.
Fuad Nursef Ghozali, S.Pi., M.Si.