Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Panjang garis pantai sebesar 81.000 km dengan luas laut mencapai 5,8 juta km2 (70% dari luas wilayah) menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk berkembang menjadi negara industri berbasis perikanan dan kelautan. Sektor perikanan dan kelautan telah berkontribusi penting dalam pergerakan perekonomian nasional melalui penyediaan sumber pangan, energi, dan lapangan kerja, menopang ketahanan pangan nasional dan menjaga keamanan wilayah dan teritorial Indonesia.
Pemanfaatan potensi dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia masih belum optimal. Perguruan tinggi dan lembaga riset sebagai agen pencetak dan pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan dan kelautan sangat dibutuhkan kontribusinya guna meningkatkan daya saing bangsa. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga ini diharapkan dapat dihilirkan untuk kemanfaatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan industri perikanan dan kelautan yang berdaya saing. Berdasarkan hal tersebut, diseminasi hasil penelitian melalui seminar atau berbagai pertemuan ilmiah lainnya diharapkan mampu memperkuat pertukaran informasi, komunikasi maupun sinergi dan kolaborasi antar peneliti sehingga memperkuat basis pengembangan keilmuan dan teknologi perikanan dan kelautan.
Dalam rangka berpartisipasi dalam penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan dan kelautan, Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM menyelenggarakan forum ilmiah tahunan selama lebih dari satu dekade, berupa kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (Semnaskan UGM). Tahun ini Semnaskan UGM telah memasuki tahun ke-14. Kegiatan ini telah menjadi tradisi ilmiah dan forum bersama para peneliti perikanan dan kelautan di tanah air.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia Semnaskan XIV Tahun 2017 ini telah menseleksi lebih dari 339 abstrak hasil penelitian. Berdasarkan proses peer review oleh minimal 3 reviewer dari UGM, Perguruan Tinggi serta lembaga penelitian di tanah air terpilih 328 makalah yang akan dipresentasikan, baik oral maupun poster. Makalah-makalah tersebut dipresentasikan dalam 10 kelas paralel sesuai dengan topik penelitian, yaitu: (1) penyakit dan bioteknologi; (2) rekayasa dan genetika; (3) pakan dan biologi ikan; (4) biologi dan penangkapan; (5) kelautan; (6) manajemen sumberdaya perikanan A; (7) manajemen sumberdaya perikanan B; (8) sosial ekonomi; (9) pasca panen A; serta (10) pasca panen B.
Total peserta yang registrasi secara online pada tahun ini mencapai 344 peserta, dan 336 diantaranya telah hadir dan berpartisipasi dalam seminar hari ini. Peserta seminar tersebut berasal dari berbagai kepulauan nusantara, yaitu Sumatera (12% peserta), Jawa (69% peserta), Bali (3% peserta), Nusa Tenggara (1% peserta), Kalimantan (2% peserta), Sulawesi (10% peserta) dan Maluku (3% peserta). Peserta terbanyak tahun ini adalah dari kalangan akademisi (70% peserta) yang berasal dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (IPB, UNDIP, UGM, UNPAD, Universitas Pattimura, Universitas Riau, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Mulawarman, Universitas Satya Negara Indonesia, Universitas Ma Chung, Politeknik Negeri Jember, STT Kelautan Balik Diwa Makasar, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Tadulako, Universitas Bangka Belitung, Universitas Dr. Soetomo, Universitas Halu Oleo, Universitas Muhammadiyah Parepare, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Kristen Duta Wacana, dll). Peserta juga berasal dari kalangan peneliti (29% peserta) dari berbagai instansi penelitian seperti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Perikanan, Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautandan Perikanan, Balai Penelitian Budidaya Air Payau Situbondo, Balai Penelitian dan Observasi Laut, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, balai Riset Perikanan Laut, dll. Pada tahun ini, Semnaskan juga dihadiri oleh peserta dari lembaga pemerintah, seperti Sekretariat Wakil Presiden, Bappeda Kota Bitung, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DIY, Dinas Perikanan Sleman, serta para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di DIY.
Seminar dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2017 di Auditorium Prof. Dr. Harjono Danoesastro dan kompleks Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM. Seminar menghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Dr. R.A. Siti Ari Budhiyanti, S.T.P., M.P. dari UGM yang memaparkan tentang perkembang riset terkini mengenai komponen bioaktif yang berasal dari mikro- dan makroalgae di Indonesia serta masalah dan peluang pengembangannya di masa yang akan datang, dan Dr. Ir. Akhmad Fairus Maisoni, M.Si. dari Balai Besar Budidaya Perikanan Air Payau Jepara sebagai peneliti dan pelaku industri perikanan yang memaparkan kondisi nyata di Indonesia berkaitan dengan potensi, peluang dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri budidaya salah satu mikroalgae, yaitu Spirulina sp. Dr. R.A. Siti Ari Budhiyanti, S.T.P., M.P. menyampaikan bahwa laut Indonesia memiliki sumberdaya hayati yang melimpah dan sangat potensial sebagai sumber komponen bioaktif yang dapat digunakan dalam berbagai bidang industri. Namun demikian, di Indonesia, teknologi dalam menjaga stabilitas komponen bioaktif, khususnya yang akan diaplikasikan di bidang perikanan, masih perlu pengembangan lebih lanjut. Salah satu teknologi yang sudah dikembangkan oleh Dr. R.A. Siti Ari Budhiyanti, S.T.P., M.P. berupa mikro- dan nanoenkapsulasi. Selain teknologi untuk mempertahankan komponen bioaktif, peluang lain yang perlu dikembangkan adalah dari sisi budidaya sumber komponen bioaktif itu sendiri. Dr. Fairus memaparkan bahwa Spirulina adalah komoditas dengan bioaktivitas melimpah yang bisa dikembangkan di perairan tawar maupun asin, dengan produktivitas 2,0 – 3,0 ton/ha/bulan. Saat ini, Spirulina utamanya diproduksi oleh India, USA, Myanmar, Thailand dan China. Kepemilikan wilayah perairan yang luas menjadi peluang yang besar bagi Indonesia untuk ikut andil dalam produksi Spirulina dunia. Semnaskan XIV ini diselenggarakan oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM dengan kontribusi sponsorship dari PT. CJ Cheiljedang Feed Semarang.