• Tentang UGM
  • Faperta
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • LPPM
  • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Pertanian
Departemen Perikanan
  • Profil
    • Staff
    • Tentang Kami
    • Struktur Organisasi
    • Kerja Sama
  • Akademik
    • Program Studi Akuakultur
    • Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik
    • Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
    • Program Studi Magister Ilmu Perikanan
  • Berita
  • Fasilitas
    • Laboratorium
    • Inkubator Mina Bisnis
    • delifiZ
  • Organisasi
    • KMIP
    • Selam Perikanan
    • Bahari Pers
  • Download
    • Prosedur Persuratan
    • Prosedur Akademik Sarjana
    • Prosedur Akademik Pascasarjana
  • Beranda
  • SDG 14: Ekosistem Lautan
  • SDG 14: Ekosistem Lautan
Arsip:

SDG 14: Ekosistem Lautan

Perikanan UGM Undang Ahli Australia Bahas Strategi Pengelolaan Perikanan Modern

Berita Senin, 17 November 2025

Yogyakarta, 17 November 2025 – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali memperkuat perannya dalam pengembangan ilmu kelautan dan perikanan dengan menghadirkan Dr. Caleb Gardner, dosen dan peneliti dari University of Tasmania, Australia, dalam kuliah umum bertema Harvest Strategies (strategi pemanfaatan sumber daya perikanan).

Dalam paparannya, Dr. Gardner menekankan pentingnya strategi pengelolaan perikanan yang terukur, mencakup penentuan tujuan pengelolaan, indikator kinerja, serta aturan keputusan (decision rules) berbasis data. Ia menampilkan sejumlah contoh keberhasilan Australia, termasuk pengelolaan Southern Bluefin Tuna yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan biomassa, penurunan bycatch, dan kenaikan keuntungan ekonomi.

Dr. Gardner juga menyoroti tantangan Indonesia dalam adopsi harvest strategy, mulai dari rendahnya literasi manajemen perikanan hingga ketiadaan sistem pelaporan status stok seperti yang digunakan di Australia. Ia menegaskan bahwa banyak asumsi yang selama ini berkembang—seperti anggapan bahwa perikanan liar pasti berujung overfishing atau bahwa akuakultur harus menggantikan perikanan tangkap—merupakan hambatan besar yang harus diluruskan melalui pendidikan dan kebijakan yang benar.

Dalam sesi diskusi, perhatian khusus diberikan pada pengelolaan lobster mutiara dan ikan-ikan karang di Indonesia. Dr. Gardner menilai bahwa strategi sederhana berbasis ukuran tangkap minimum, musim penutupan, serta pembatasan hari pendaratan dapat menjadi langkah awal yang realistis sambil menunggu sistem pemantauan stok diperkuat.

Kuliah umum ini dihadiri oleh mahasiswa, peneliti, dan praktisi perikanan, yang antusias berdiskusi mengenai cara mendorong penerapan harvest strategies di Indonesia. Kehadiran Dr. Gardner diharapkan membuka kolaborasi lebih luas antara UGM dan University of Tasmania dalam pengembangan ilmu perikanan berkelanjutan. Penyelenggaraan kegiatan ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui peningkatan kapasitas riset dan publikasi, SDG 14 Life Below Water (Ekosistem Lautan), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan memperkuat jejaring dan kolaborasi akademik.

Departemen Perikanan UGM Gelar Diseminasi Hasil Penelitian di Kegiatan Konsorsium Magister Ilmu Serumpun

Berita Rabu, 12 November 2025

Yogyakarta- 12 November 2025. Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah kegiatan diseminasi hasil penelitian Konsorsium Magister Ilmu Serumpun Perikanan dan Kelautan pada 12 November 2025. Acara ini diikuti oleh tujuh program studi magister dari Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan Universitas Airlangga (Unair), dengan total sekitar 70 peserta.

Kegiatan diseminasi ini bertujuan memperkuat kolaborasi akademik dan membuka ruang berbagi hasil penelitian lintas perguruan tinggi. Acara dibuka oleh Prof. Alim Isnanstyo selaku ketua departemen Perikanan UGM. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terimakasih atas kehadiran peserta dari berbagai universitas, dan berharap menjadi sarana untuk membangun iklim riset yang optimal, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya kegiatan diisi dengan perkenalan singkat ketujuh program studi yang bergabung dalam konsorsium. Penjelasan ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran utuh program studi dan kemungkinan kerjasama program dan riset lebih lanjut ke depannya.

Dalam sesi utama, beberapa peserta turut memaparkan temuan penelitian masing-masing, mencakup topik pengelolaan sumber daya perikanan, konservasi ekosistem pesisir, serta inovasi budidaya berkelanjutan. Dari Prodi Magister Manajemen SD Perikanan FPIK Undip diwakili oleh dua mahasiswa, diantaranya Hanan Az Zahra yang menyampaikan tentang, “Analisis Biomassa, Karbon, dan Klorofil Nipah (Nypa fruticans) berdasarkan Data Lapangan, Citra Sentinel-2A, dan UAV di Pesisir Sumatera, Tanjung Jabung Barat, Pangkal Babu, Jambi.”  Prodi Magister Bioteknologi Perikanan dan Kelautan FPK Unair menjelaskan mengenai, “Analisis Potensi Limbah Fermentasi Minuman Probiotik Multistrain Sebagai Feed Additive pada Pakan Udang Vannamei.” Disampaikan oleh Cut Syarifah Zahara.

Melalui kegiatan ini, konsorsium berharap dapat meningkatkan kontribusi akademisi terhadap pengembangan ilmu perikanan dan kelautan di Indonesia serta memperluas jaringan kolaboratif antarprogram studi. Penyelenggaraan kegiatan ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui peningkatan kapasitas riset dan publikasi, SDG 14 Life Below Water (Ekosistem Lautan), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan memperkuat jejaring dan kolaborasi akademik.

Perikanan UGM dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Jalin Kerja Sama dalam Identifikasi dan Pelestarian Sumber Daya Ikan di Perairan Umum

Berita Rabu, 29 Oktober 2025

Yogyakarta, 29 Oktober 2025 – Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menjalin kerja sama strategis dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang dalam kegiatan identifikasi serta pelestarian sumber daya ikan di perairan umum Kabupaten Magelang. Kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam mendukung pengelolaan berkelanjutan keanekaragaman hayati perairan tawar di wilayah tersebut.

Tim ahli dari Departemen Perikanan UGM, yang terdiri dari pakar konservasi, biologi perikanan, ekologi perairan, serta teknik penangkapan ikan, berkolaborasi langsung di lapangan bersama tim dari Dinas Peternakan dan Perikanan. Kegiatan ini mencakup survei dan pengambilan sampel ikan dari beberapa sungai utama di Kabupaten Magelang, antara lain Sungai Elo, Progo, Pabelan, Ndaru, serta beberapa anak sungainya. Pada tahap awal kegiatan, tim melakukan identifikasi jenis ikan yang tertangkap melalui proses sampling. Analisis meliputi pengamatan morfologi dan karakter genetik guna mengetahui keanekaragaman spesies ikan yang terdapat di lokasi sampling. Hasil identifikasi ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah dalam upaya pelestarian dan pengelolaan sumber daya ikan di perairan umum secara berkelanjutan.

Kerja sama ini juga menjadi wujud nyata peran Universitas Gadjah Mada, melalui Departemen Perikanan, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan. Departemen Perikanan UGM merupakan salah satu lembaga akademik yang secara konsisten fokus pada pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang perikanan, baik perairan laut maupun perairan darat. Dengan dukungan tenaga ahli multidisiplin, departemen ini berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan dan berbasis ilmiah.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan akan terjalin sinergi antara pemerintah daerah dan institusi akademik dalam menjaga keberlanjutan ekosistem perairan dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sumber daya perikanan. Kegiatan ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Kolaborasi ini mendukung pencapaian SDG 2 (Tanpa Kelaparan) melalui penguatan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, SDG 14 (Ekosistem Laut) dengan menjaga kelestarian ikan endemik, serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Dengan demikian, inisiatif ini bukan hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian ekosistem dan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Faizal Rachman, S.Pi., M.Sc., Ph.D. dan Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

SINNTECH #30 Angkat Manajemen Terumbu Karang dan Aksi Nyata Pengurangan Sampah Laut

Berita Rabu, 29 Oktober 2025

Yogyakarta, 29 Oktober 2025 – SINNTECH Webinar #30 menghadirkan dua perspektif penting dalam upaya penyelamatan ekosistem terumbu karang Indonesia, yaitu penerapan filsafat Jawa dalam manajemen terumbu karang oleh Namastra Probosunu (Departemen Perikanan UGM) serta analisis dilema ekonomi–ekologi konservasi terumbu karang di Jawa Timur oleh Dr. Nirmalasari Idha Wijaya.

Dalam paparannya, Namastra menjelaskan bahwa pengelolaan terumbu karang harus dilakukan secara terpadu melalui monitoring berkelanjutan, pendekatan ekosistem, serta pemanfaatan yang lestari. Ia menyoroti berbagai tantangan di lapangan seperti minimnya petugas terlatih, kurangnya data, rendahnya kesadaran publik, sampai lemahnya koordinasi antarinstansi.

Menariknya, Namastra memperkenalkan pendekatan filsafat Jawa dalam konservasi laut, mencakup konsep Manunggaling Kawula Gusti, Rukun, Budi Pekerti, hingga Memayu Hayuning Bawana. Nilai-nilai kearifan lokal ini dinilai mampu memperkuat etika lingkungan dan mendorong masyarakat menjaga keseimbangan alam.

Dr. Nirmalasari memaparkan kondisi terkini terumbu karang di berbagai lokasi di Jawa Timur, khususnya Gili Labak dan Gili Noko. Data menunjukkan terjadinya penurunan tutupan karang hidup akibat tekanan wisata, penangkapan ikan, dan degradasi alami. Gili Labak: Live coral cover menurun dari ±75% menjadi ±48%, dipengaruhi oleh aktivitas snorkeling, reef walking, hingga pembangunan fasilitas wisata yang tidak ramah lingkungan. Gili Noko: Dihadapkan pada peningkatan fenomena Dead Coral with Algae (DCA), dengan tutupan 29–48%, diperparah oleh limpasan nutrien, sampah laut, serta perubahan kualitas perairan.

Dalam sesi diskusi, beberapa rekomendasi strategis muncul, di antaranya 1) Restorasi berbasis komunitas; 2) Penetapan zona konservasi dan no-anchor area; 3) Transplantasi karang adaptif 3) Kontrol alga dan restocking ikan herbivora; 4) Penguatan ekowisata berkelanjutan dan edukasi masyarakat; dan 5) Pemanfaatan teknologi monitoring (IoT, drone, AI).

Kedua narasumber menekankan bahwa konservasi terumbu karang harus menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai budaya, karena keberhasilan pelestarian ekosistem laut sangat bergantung pada perubahan perilaku manusia. Penyelenggaraan kegiatan ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui peningkatan kapasitas riset dan publikasi, SDG 14 Life Below Water (Ekosistem Lautan), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan memperkuat jejaring dan kolaborasi akademik.

SinnTech #29: OceanKita dan UGM Perkuat Aksi Inovatif Kurangi Pencemaran Laut di Indonesia

Berita Selasa, 30 September 2025

Yogyakarta, 30 September 2025— Departemen perikanan UGM dan OceanKita, kembali menegaskan komitmennya dalam memerangi polusi plastik laut melalui rangkaian inovasi teknologi, edukasi, dan kolaborasi komunitas. Melalui program SinnTech #29 dengan tema, “From the Threat of Plastic Waste to the Hope for Marine Ecosystems: Synergy for the Future of Our Oceans.”

Jeanette Haulussy, S.Si selaku Co-founder & COO of OceanKita, menjelaskan mengenai “Sustainable Ocean: Innovation and Action Against Plastic Pollution.” Dijelaskan bahwa berbagai program dan teknologi telah dihadirkan untuk menjawab persoalan utama pencemaran laut di Indonesia. Teknologi pembersih laut seperti trawl-net, program edukasi Plastic Collage, permainan edukatif Sungai Card Game, hingga pengalaman langsung seperti rafting dan cleanup Ciliwung menjadi pendekatan yang menyeluruh untuk mendorong aksi perubahan. Salah satu program unggulan, Seribu Biru di Pulau Untung Jawa, mencatat dampak signifikan sejak diluncurkan pada Maret 2024: 12.460 sampah laut terkumpul, 397 pelajar mengikuti kelas edukasi, 355 relawan terlibat dalam aksi bersih pantai, 545 kg sampah terkelola, 200 mangrove ditanam dengan estimasi 19 tCO₂e penyerapan, dan Penggunaan kapal listrik menghasilkan reduksi emisi 10,3 tCO₂e. OceanKita juga tengah mengembangkan Marine Pollution Tracker, sistem pelacakan dan prediksi pencemaran laut berbasis data—pemenang pendanaan dari IPPIN Accelerator+ 2024 dan Seed Funding 2025, bekerja sama dengan Central Queensland University, Australia.

Dalam paparannya, Dr. Sulistiowati mengungkapkan bahwa marine debris kini ditemukan di seluruh lapisan perairan—mulai dari permukaan, kolom air, dasar laut, hingga pantai. Ia menjelaskan bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan kontribusi tinggi terhadap sampah laut global, terutama plastik. Marine debris berdampak langsung pada biota, seperti penyu yang terjerat, burung laut yang menelan plastik, serta terganggunya rantai makanan. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di sedimen, mulut, dan saluran pencernaan ikan, serta berpotensi menimbulkan stres oksidatif, gangguan enzim, kerusakan sel, hingga risiko kesehatan pada manusia. Selain itu, mikroplastik terus masuk ke ekosistem melalui berbagai jalur—limbah domestik, industri, degradasi plastik besar, hingga aliran sungai. Proses transportasinya yang kompleks membuat mikroplastik dapat berpindah lokasi, berpaut pada organisme, dan memasuki rantai makanan.

SINNTECH #29 menegaskan bahwa permasalahan sampah laut tidak hanya diselesaikan lewat riset, tetapi membutuhkan integrasi tiga aspek: 1)Ilmu pengetahuan – memahami sumber, transportasi, dan dampak mikroplastik; 2) Teknologi – seperti trawl-net, monitoring berbasis data, dan edukasi digital; 3) Gerakan komunitas – pelibatan masyarakat pesisir, sekolah, dan relawan. Webinar ditutup dengan seruan bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah kecil: mengurangi plastik sekali pakai, memilah sampah, hingga berkontribusi sebagai relawan pelestari lingkungan. Penyelenggaraan kegiatan ini sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 Kegidupan sehat dan sejahtera, SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) melalui peningkatan kapasitas riset dan publikasi, SDG 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 14 Life Below Water (Ekosistem Lautan), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan memperkuat jejaring dan kolaborasi akademik.

Sharing Session MTCRC 2025: Mahasiswa Magister Ilmu Perikanan UGM Antusias Kenali Instrumen Oseanografi dan Gali Ide Riset

BeasiswaBerita Rabu, 17 September 2025

Yogyakarta, 17 September 2025 – Departemen Perikanan UGM sebagai mitra Perguruan Tinggi Korea-Indonesia MTCRC telah menyelenggarakan “Sharing Session MTCRC 2025” yang bertempat di Ruang 2.02 Departemen Perikanan UGM. Acara yang mengangkat tema “Mengenal Instrumen Oseanografi (CTD, ADCP, dan MBES) serta Sharing Riset Mahasiswa” ini dihadiri oleh mahasiswa dan Dosen Magister Ilmu Perikanan. Acara dibuka dengan sambutan dan pemaparan program MTCRC di Magister Ilmu Perikanan UGM oleh Dr. Eko Setyobudi, yang memberikan gambaran umum mengenai program dan aktivitas mahasiswa awardee MTCRC Scholarship. Sesi utama diisi oleh dua alumni Awardee Beasiswa MTCRC, yaitu Qothrunnadaa Salsabiila dan Hana Cahya Maharani, yang menyampaikan pengalaman mengikuti Marine Equipment Training (MET) berbagai instrumen oseanografi yaitu CTD (Conductivity, Temperature, Depth), ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler), dan MBES (Multibeam Echo Sounder). Materi yang disampaikan tidak hanya bersifat teoritis, namun juga disertai contoh aplikatif dari hasil riset lapangan, sehingga sangat membuka wawasan peserta mengenai pemanfaatan teknologi dalam penelitian perikanan dan kelautan.

Kegiatan ini mendukung Tujuan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan pada point (4) Pendidikan Berkualitas, (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, (9) Infrastruktur, Industri, dan Inovasi, (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab, (13) Penanganan Perubahan Iklim, (14) Ekosistem Lautan, dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Kenal Perikanan 2025: Mahasiswa Baru Departemen Perikanan UGM Menyelami Dunia Perikanan dan Kelautan

Berita Sabtu, 23 Agustus 2025

Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali melaksanakan kegiatan rutin tahunan bertajuk Kenal Perikanan yang ditujukan bagi mahasiswa baru angkatan 2025. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk komitmen Departemen Perikanan UGM dalam memberikan pengenalan awal mengenai dunia perikanan dan kelautan. Dengan melibatkan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan pendamping dari mahasiswa, kegiatan ini dirancang untuk memotivasi serta memperluas pemahaman mahasiswa baru terhadap potensi besar sektor perikanan nasional. Pelaksanaan Kenal Perikanan tahun ini berlangsung selama dua hari, yakni pada Jumat–Sabtu, 22–23 Agustus 2025. Total peserta yang terlibat mencapai 270 orang dengan rincian 227 mahasiswa baru, 50 dosen dan tenaga kependidikan, serta 10 pendamping. Jumlah tersebut menunjukkan tingginya dukungan dan antusiasme sivitas akademika dalam mendukung kegiatan ini.

Rangkaian kegiatan Kenal Perikanan dirancang dengan pendekatan lapangan melalui kunjungan ke berbagai lokasi di Kabupaten Jepara. Beberapa destinasi yang dikunjungi adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Batu, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, sarana pasca panen rajungan, Poklahsar Teratai Desa Bandengan, dan PT. Guna Citra Kartika. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan nilai strategis dalam mencerminkan kondisi riil sektor perikanan. Dengan mengunjungi beragam titik rantai produksi dan pengolahan, mahasiswa memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai kompleksitas industri perikanan. Kegiatan ini sekaligus menumbuhkan kesadaran bahwa dunia perikanan tidak hanya sebatas teori, melainkan erat kaitannya dengan praktik lapangan dan keterlibatan masyarakat.

Di Pangkalan Pendaratan Ikan Ujung Batu, mahasiswa diperkenalkan pada aktivitas pendaratan hasil tangkapan nelayan yang menjadi pintu gerbang distribusi ikan laut. Melalui pengamatan langsung, mahasiswa dapat memahami dinamika kerja nelayan, proses sortir, serta rantai distribusi yang berlangsung di pelabuhan ikan. Sementara itu, kunjungan ke Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melihat inovasi teknologi budidaya, terutama komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan ini membuka wawasan bahwa sektor budidaya tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Dengan demikian, mahasiswa memperoleh gambaran nyata mengenai peran sentral budidaya dalam menopang keberlanjutan sektor perikanan nasional.

Tidak kalah menarik, kunjungan ke sarana pasca panen rajungan memberikan wawasan tentang pentingnya pengolahan hasil tangkapan untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan. Mahasiswa menyaksikan bagaimana rajungan diolah dengan standar tertentu agar kualitasnya tetap terjaga dan mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional. Selanjutnya, kunjungan ke Poklahsar Teratai di Desa Bandengan memperlihatkan kontribusi kelompok masyarakat dalam mengembangkan usaha kecil dan menengah berbasis perikanan. Dari pengalaman ini, mahasiswa memahami bahwa pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan lokal memegang peran penting dalam penguatan ekonomi daerah. Terakhir, kunjungan ke PT Guna Citra Kartika memberikan perspektif tentang manajemen perusahaan perikanan berskala industri yang menekankan pentingnya efisiensi, profesionalisme, dan daya saing global.

Menurut penanggung jawab kegiatan, Dr. Olivia Yofananda, S.TP, pelaksanaan Kenal Perikanan tahun ini berlangsung lebih efektif dibandingkan tahun sebelumnya. Efektivitas tersebut terlihat dari padatnya jadwal yang dirancang secara efisien tanpa mengurangi substansi kegiatan. Dr. Olivia juga menekankan bahwa antusiasme mahasiswa sangat tinggi, ditunjukkan melalui keterlibatan aktif dalam setiap sesi kunjungan dan diskusi. Hal ini menjadi indikator positif bahwa mahasiswa baru memiliki semangat belajar yang besar serta rasa ingin tahu yang tinggi terhadap dunia perikanan.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat menempatkan dirinya dengan lebih baik ketika kelak memasuki dunia kerja. Pengalaman lapangan yang diperoleh selama kunjungan dapat menjadi bekal berharga untuk memahami prospek sekaligus tantangan yang akan dihadapi. Sektor perikanan yang dinamis menuntut lulusan untuk adaptif, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, Kenal Perikanan berperan penting dalam menanamkan kesadaran sejak dini mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh calon tenaga ahli di bidang perikanan.

Dengan adanya keberagaman lokasi, mahasiswa dapat membandingkan pola usaha, teknologi, serta tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas perikanan. Inovasi dalam desain kegiatan juga akan semakin memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. Pada akhirnya, Kenal Perikanan diharapkan menjadi salah satu tradisi akademik yang tidak hanya informatif, tetapi juga inspiratif dan transformatif bagi generasi muda perikanan Indonesia. Kegiatan Kenal Perikanan ini juga sejalan dengan tujuan global atau SDGs pada poin ke-4 : Pendidikan Berkualitas, poin ke-9 : Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta poin ke-14 : Ekosistem Lautan.

Penulis: Rafi Sukma Aulia

Editor: Nahla Alfiatunnisa

Perikanan UGM Gelar Kuliah Perdana “Blue Economy dan Masa Depan Perikanan”

Berita Jumat, 22 Agustus 2025

Yogyakarta, 22 Agustus 2025 – Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan kuliah perdana bertajuk “Blue Economy dan Masa Depan Perikanan.” Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkenalkan konsep ekonomi biru sebagai arah baru pembangunan perikanan berkelanjutan di Indonesia.

Kuliah perdana ini menghadirkan dua narasumber utama yang berpengalaman di bidangnya. R. Hery Sulistio Hermawan, S.Pi., M.T., selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, yang menyampaikan pentingnya penerapan Blue Economy sebagai strategi untuk menyeimbangkan antara pemanfaatan sumber daya laut dengan kelestarian lingkungan. Menurut Hery Sulistio, ”ekonomi biru tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada keberlanjutan jangka panjang ekosistem perairan”.

Sementara itu, Dr. Muhammad Rizali Umarella, S.Si., M.Si., Plt. Direktur Utama PT. Perikanan Indonesia, menekankan peluang besar sektor perikanan Indonesia di era transformasi ekonomi global. Dr. Muhammad Rizali menggarisbawahi pentingnya inovasi, kolaborasi lintas sektor, serta pemberdayaan masyarakat pesisir untuk mendukung daya saing perikanan nasional di pasar internasional.

Kuliah ini dihadiri oleh mahasiswa baru program S1, S2, dan S3 Departemen Perikanan UGM, yang antusias mengikuti diskusi interaktif. Selain sebagai pengantar akademik, kuliah perdana ini juga menjadi ajang pembekalan visi kebangsaan: bagaimana generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam mengembangkan sektor perikanan berbasis Blue Economy yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Melalui kuliah perdana ini, UGM menegaskan komitmennya untuk mendorong transformasi sektor perikanan yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga pada kelestarian ekosistem laut serta kesejahteraan masyarakat pesisir.

Kegiatan ini juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) dengan mendorong ekonomi kelautan yang berdaya saing dan berkelanjutan, SDG 13 (Climate Action) melalui pengembangan strategi adaptasi perikanan terhadap perubahan iklim, SDG 14 (Life Below Water) lewat pengelolaan sumber daya laut yang bertanggung jawab, serta SDG 17 (Partnerships for the Goals) melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri. Dengan demikian, kuliah perdana ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa, tetapi juga meneguhkan peran UGM dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan, baik di tingkat nasional maupun global.

Penulis: Galuh Wulanuari

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Penerimaan Kunjungan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang di Departemen Perikanan UGM

Berita Kamis, 7 Agustus 2025

Yogyakarta, 7 Agustus 2025 – Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), telah menerima kunjungan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang. Pertemuan ini bertujuan memperkuat kerja sama dan membangun sinergi dalam pengembangan sektor perikanan, khususnya terkait domestikasi ikan endemik dan ikan asli daerah, dengan fokus utama pada ikan Beong, salah satu komoditas khas perairan Kabupaten Magelang. Dalam diskusi yang berlangsung, kedua belah pihak membahas berbagai strategi pembenihan yang efektif untuk meningkatkan survival rate ikan Beong, sekaligus menjamin pertumbuhan ikan yang optimal. Topik yang didalami antara lain meliputi pengaturan stocking, teknik pembesaran, hingga proses pengolahan hasil perikanan. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan inovasi teknologi budidaya yang mampu menjaga kelestarian ikan asli daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui hasil perikanan yang bernilai tambah.

Kegiatan ini juga menandai bentuk kolaborasi nyata antara institusi pendidikan tinggi dengan pemerintah daerah. Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan hubungan kerja sama dalam riset, pendidikan, serta pendampingan masyarakat dapat semakin diperkuat sehingga mendukung keberlanjutan pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Magelang dan wilayah sekitarnya. Selain berorientasi pada peningkatan produksi perikanan, kegiatan ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Kolaborasi ini mendukung pencapaian SDG 2 (Tanpa Kelaparan) melalui penguatan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, SDG 14 (Ekosistem Laut) dengan menjaga kelestarian ikan endemik, serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Dengan demikian, inisiatif ini bukan hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian ekosistem dan pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Galuh Wulanuari

Editor: Nahla Alfiatunnisa

SinnTech Webinar #27: Membaca Ulang Masa Depan Komunitas Perikanan

Berita Selasa, 22 Juli 2025

Pada tanggal 22 Juli 2025, SinnTech Webinar #27 sukses digelar oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM dengan mengangkat tema “The Empowerment of Fisheries Community”. Acara ini berhasil menarik 51 partisipan yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, hingga perwakilan instansi yang memiliki perhatian besar terhadap pembangunan komunitas perikanan yang berkelanjutan.

Webinar ini menghadirkan dua narasumber ahli internasional yang membagikan pengalaman sekaligus gagasan strategis terkait pemberdayaan masyarakat pesisir dan perikanan. Andreas Bauer, MM. Sc., peneliti dari Institute of Development Research, BOKU – University of Natural Resources and Life Sciences, Vienna, yang memaparkan materi berjudul “Fisheries Community Development: Lessons Learnt from East and West Africa.”

Dalam paparannya, Andreas Bauer menekankan pentingnya penggunaan Multiple Lines of Evidence (MLE), yang menggabungkan indikator abiotik, biotik, serta pengetahuan sosial-ekologis masyarakat lokal. Pendekatan ini memungkinkan pengambilan keputusan berbasis bukti sekaligus menghargai kearifan komunitas. Ia juga menyoroti bagaimana refleksi kritis, eksplorasi perspektif alternatif, serta inovasi sosial menjadi kunci membangun keberlanjutan perikanan di Afrika Timur dan Barat.

Narasumber kedua adalah Dr. M. Arsyad Al Amin, M.Si., Kepala Departemen Pengembangan Komunitas Pesisir, Kelembagaan dan Kebijakan Kelautan, IPB University, turut membahas tantangan besar sektor perikanan di era disrupsi global. Tiga faktor utama yang menjadi sorotan adalah perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi COVID-19. Menurutnya, ketiga hal tersebut melahirkan model ekonomi baru: green/blue economy, sharing/digital economy, serta new normal economy. Dalam konteks ini, ketahanan (resilience) masyarakat pesisir ditentukan oleh kemampuan adaptasi terhadap risiko, sekaligus strategi mitigasi yang memperhatikan akar kerentanan sosial-ekonomi.

Pesan penting dari webinar ini adalah bahwa pemberdayaan komunitas perikanan tidak hanya soal pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga membangun daya tahan sosial-ekonomi. Dengan memahami vulnerability sekaligus menguatkan resilience, komunitas pesisir dapat lebih siap menghadapi tantangan ekologi, sosial, maupun global. Partisipasi aktif peserta dalam diskusi, focus group, hingga refleksi bersama menunjukkan bahwa kolaborasi lintas ilmu dan lintas wilayah menjadi fondasi utama menuju masa depan perikanan yang inklusif dan berkelanjutan. Kegiatan ini juga berkontribusi langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya, SDG 1 (No Poverty) melalui peningkatan kesejahteraan komunitas pesisir, SDG 2 (Zero Hunger) dengan mendukung ketahanan pangan berbasis perikanan berkelanjutan, SDG 13 (Climate Action) lewat adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, SDG 14 (Life Below Water) melalui pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, serta SDG 17 (Partnerships for the Goals) melalui kolaborasi lintas negara, disiplin ilmu, dan institusi. Dengan demikian, webinar ini tidak hanya menghasilkan wawasan akademis, tetapi juga meneguhkan komitmen global dalam memperkuat keberlanjutan sektor perikanan dan komunitas yang menggantungkan hidup pada sumber daya laut.

Penulis: Galuh Wulanuari

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

12
Universitas Gadjah Mada

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada
Gedung A4, Jl. Flora, Bulaksumur,Yogyakarta, 55281
 +62274-551218
 fish@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY