SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Pada hari Rabu, 17 April 2024, Keluarga Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan Halalbihalal di Auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan dari enam Departemen di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, yaitu Departemen Perikanan, Departemen Sosial dan Ekonomi Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Mikrobiologi Pertanian, Departemen Budidaya Pertanian, serta Departemen Tanah. Halalbihalal ini dibuka dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., dilanjutkan dengan bacaan Gema Wahyu Ilahi dan sari tilawah. Acara disemarakkan dengan tausiyah dari Bapak Ustaz drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D. dan ditutup dengan doa bersama. Halalbihalal diakhiri dengan bersalaman antar hadirin dan menikmati hidangan makan siang bersama-sama.
Halalbihalal atau yang biasa disebut juga dengan ‘syawalan’ merupakan salah satu tradisi asli Indonesia yang biasa dilakukan setelah hari lebaran di bulan Syawal. Halalbihalal berasal dari kata serapan ‘halal’ dengan sisipan ‘bi’ yang berarti ‘dengan’ di antara ‘halal’. Namun, kata halalbihalal sendiri bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan suatu istilah yang menggambarkan tradisi maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan. Halalbihalal dilakukan oleh sekelompok orang sebagai bentuk menjaga silaturahmi dan mempererat solidaritas antar sesama.
Departemen Perikanan Fakultas Pertanian turut merealisasikan Surat Edaran Universitas Gadjah Mada Nomor 871/UN1.P/KP.06.04/2024 tentang Penggunaan Busana Adat Daerah. Departemen Perikanan diwarnai dengan busana adat yang dikenakan oleh dosen, tenaga pendidik maupun mahasiswa. Agenda ini merupakan bentuk dari komitmen Universitas Gadjah Mada dalam melestarikan identitas budaya sebagai penguatan jati diri UGM sebagai Universitas Nasional dan Universitas Pusat Kebudayaan.
Dr. H. Suwarman Partosuwiryo, A.Pi, M.M., yang pada kesempatan ini mengenakan Busana Surjan berwarna kombinasi merah dan coklat dengan jarik putih bermotif khas Yogyakarta menjelaskan secara singkat latar belakang ditetapkannya hari Kamis Pon sebagai hari berbusana adat. “Dulunya tradisi berpakaian adat Jogja ini diselenggarakan setiap Kamis Pahing, namun setelah dikaji ulang hari jadi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jatuh pada Hari Kamis Pon ”. Suwarman juga menambahkan bahwa tradisi ini harus terus dijalankan untuk tepat mengingat dan menjaga kebudayaan Yogyakarta agar tidak hilang.
Peringatan penggunaan baju adat yogyakarta setiap hari Kamis Pon juga disambut baik oleh mahasiswa yang terlihat antusias untuk berpartisipasi mengenakan pakaian adat di setiap Hari Kamis Pon. Tidak hanya mahasiswa yang berasal dari daerah Yogyakarta saja namun mahasiswa dari luar daerah yang tidak memiliki Busana Surjan terlihat turut mengenakan batik dari daerah mereka masing-masing.
Walaupun belum semua seluruh civitas akademika Departemen Perikanan UGM mengenakan busana adat pada Kamis Pon, mereka tetap antusias dan tertarik untuk mengenakannya di Kamis Pon selanjutnya. Kegiatan ini diharapkan dapat memunculkan jiwa cinta kebudayaan bagi seluruh civitas akademika di Universitas Gadjah Mada khususnya Departemen Perikanan.