• Tentang UGM
  • Faperta
  • DSSDI
  • Perpustakaan
  • LPPM
  • Languages
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Pertanian
Departemen Perikanan
  • Profil
    • Staff
    • Tentang Kami
    • Struktur Organisasi
    • Kerja Sama
  • Akademik
    • Program Studi Akuakultur
    • Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik
    • Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
    • Program Studi Magister Ilmu Perikanan
  • Berita
  • Fasilitas
    • Laboratorium
    • Inkubator Mina Bisnis
    • Unit Bisnis delifiZ
  • Kemahasiswaan
    • KMIP
    • Bahari Pers
    • Selam Perikanan
  • Beranda
  • SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau
  • SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Arsip:

SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau

Menelusuri Teaching Farm Departemen Perikanan UGM: Inovasi dalam Edukasi dan Riset Akuakultur

BeritaNews Thursday, 17 April 2025

Teaching Farm merupakan salah satu fasilitas unggulan yang dimiliki oleh Laboratorium Akuakultur, Program Studi Akuakultur, Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Fasilitas ini dibangun sebagai sarana penunjang kegiatan akademik dan riset yang berfokus pada budidaya perikanan. Teaching Farm menjadi tempat yang ideal bagi mahasiswa untuk melaksanakan praktikum dan penelitian secara langsung di lapangan. Keberadaannya menjadi penghubung antara teori yang dipelajari di kelas dengan aplikasi nyata dalam dunia akuakultur. Mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan teknis sekaligus memahami tantangan riil dalam budidaya ikan. Hal ini tentu saja mendukung pembentukan lulusan yang kompeten dan siap terjun ke dunia industri perikanan. Dengan demikian, Teaching Farm memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Departemen Perikanan UGM.

Salah satu keunggulan Teaching Farm ini adalah penggunaan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) di setiap bak budidayanya. Teknologi RAS memungkinkan air untuk digunakan kembali melalui proses penyaringan dan sirkulasi, sehingga ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya air. Sistem filtrasi yang digunakan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu jaring mekanis, media bio ball untuk filtrasi biologis, dan kaldness sebagai media tumbuh bakteri nitrifikasi. Ketiga elemen filter ini bekerja secara sinergis untuk menjaga kualitas air tetap optimal bagi pertumbuhan ikan. Penggunaan teknologi RAS juga memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam mengoperasikan sistem budidaya tertutup modern. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya mengenal metode konvensional, tetapi juga mampu memahami sistem budidaya yang lebih canggih dan berkelanjutan. Penguasaan teknologi seperti ini sangat penting dalam menghadapi tantangan industri akuakultur masa kini.

Luas keseluruhan Teaching Farm mencapai 20 meter persegi, yang dioptimalkan dengan tata letak yang efisien dan fungsional. Di dalamnya terdapat sebanyak 80 bak berbahan fiber yang masing-masing memiliki diameter sekitar 1 meter. Bak-bak ini digunakan untuk pemeliharaan ikan dalam berbagai skala eksperimen dan praktikum. Selain itu, tersedia pula 20 toren atau penampung air yang berfungsi sebagai sumber suplai air utama ke setiap bak budidaya. Ketersediaan air bersih yang terjamin menjadi faktor penting dalam mendukung kelangsungan kegiatan budidaya dan penelitian. Untuk menjaga kestabilan sistem, Teaching Farm dilengkapi dengan aerator lengkap di setiap unitnya. Keberadaan aerator ini berfungsi untuk menjaga kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap optimal bagi kehidupan ikan.

Menariknya, Teaching Farm Departemen Perikanan UGM juga memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber listrik cadangan, yaitu melalui panel tenaga surya. Inovasi ini mencerminkan komitmen Departemen Perikanan UGM terhadap prinsip keberlanjutan dan efisiensi energi dalam kegiatan akademik. Sistem tenaga surya ini memberikan dukungan listrik alternatif ketika terjadi pemadaman, sehingga kegiatan praktikum dan riset tidak terganggu. Mahasiswa juga diajarkan untuk memahami pentingnya integrasi antara teknologi perikanan dan energi ramah lingkungan. Penggunaan panel surya menjadi bentuk nyata dari pengembangan Teaching Farm yang modern dan adaptif terhadap isu global. Dengan fasilitas yang terus diperbarui, mahasiswa dapat belajar dalam lingkungan yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Hal ini tentu saja memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran dan penelitian di Departemen Perikanan UGM.

Jenis ikan yang dibudidayakan di Teaching Farm cukup beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian mahasiswa. Ikan nila dan lele merupakan spesies yang paling sering digunakan karena keduanya memiliki nilai ekonomis tinggi dan teknik budidaya yang relatif mudah. Baru-baru ini, mahasiswa juga mulai meneliti ikan gabus sebagai objek studi baru di Teaching Farm. Penambahan spesies ini membuka peluang riset lebih luas terkait biologi, pertumbuhan, dan teknologi budidaya ikan air tawar. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan metode budidaya yang inovatif dan efisien melalui penelitian langsung di fasilitas ini. Lingkungan yang mendukung dan fasilitas yang lengkap membuat Teaching Farm menjadi tempat ideal bagi pengembangan ilmu dan keterampilan. Dengan terus meningkatnya minat dan partisipasi mahasiswa, Teaching Farm semakin menunjukkan perannya sebagai jantung kegiatan akademik dan riset di Departemen Perikanan UGM. Keberadaan Teaching farm Departemen Perikanan UGM ini sejalan dengan tujuan global atau SDGs pada poin ke-4 : Pendidikan Bermutu, poin ke-7 : Energi bersih dan Terjangkau, poin ke-9 : Infrastruktur, Industri dan Inovasi, serta poin ke-14 : Menjaga Ekosistem Laut. 

Penulis : Rafi Sukma Aulia

Editor 1 : Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc.

Editor 2 : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han)

Pelatihan Budidaya Cacing Sutra: Langkah Menuju Perikanan Berkelanjutan di UGM

Berita Friday, 7 March 2025

Pada tanggal 11 Februari 2025, Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan pelatihan budidaya cacing sutra bagi tenaga kependidikan (tendik). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. Senny Helmiati, S.Pi., M.Sc., yang merupakan dosen departemen perikanan UGM dengan bidang keahlian di bidang pakan ikan. Pelatihan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah dari Instalasi Media Budidaya (IMB) sebagai media budidaya cacing sutra. Cacing sutra memiliki nilai ekonomis tinggi karena menjadi pakan alami yang kaya akan protein bagi ikan air tawar. Dengan meningkatnya permintaan, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan peserta dalam membudidayakan cacing sutra secara efektif dan berkelanjutan.

Cacing sutra berperan penting dalam industri perikanan karena kandungan proteinnya yang tinggi, berkisar antara 40-50%. Pakan alami ini sangat diminati oleh pembudidaya ikan karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan ikan. Namun, ketersediaan cacing sutra di alam semakin terbatas akibat faktor lingkungan dan eksploitasi berlebihan. Oleh karena itu, budidaya cacing sutra menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pasar sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam pelatihan ini, peserta diberikan pemahaman tentang siklus hidup cacing sutra, teknik budidaya, serta cara memanfaatkan limbah sebagai media budidaya yang efisien.

Pelatihan ini juga membahas metode budidaya cacing sutra di lahan sawah yang memerlukan persiapan khusus. Peserta diajarkan cara menyiapkan tanah dengan kedalaman 30-50 cm serta pembuatan pembatas menggunakan mulsa. Tanah yang digunakan harus dicangkul dan dicampur dengan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan serta menghilangkan patogen berbahaya. Setelah itu, lahan digenangi air setinggi 3-5 cm untuk menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan cacing sutra. Selain itu, dipasang paranet di atas lahan untuk melindungi cacing dari paparan sinar matahari langsung dan curah hujan yang tinggi.

Salah satu aspek penting dalam budidaya cacing sutra adalah pemberian pakan yang tepat. Cacing sutra diberi pakan berupa campuran bahan organik seperti kotoran burung, dedak, limbah tahu telah difermentasi selama 7-14 hari dengan probiotik. Pakan ini diberikan secara rutin 1-2 kali sehari dengan takaran 100-200 mL per meter persegi. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas cacing dan memastikan pertumbuhannya tetap optimal. Dengan manajemen pakan yang baik, cacing sutra dapat berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan panen yang melimpah.

Peserta pelatihan juga diberikan penjelasan mengenai teknik pemanenan cacing sutra yang efisien. Cacing dapat dipanen setelah berusia 40-45 hari dengan metode panen parsial. Metode ini memungkinkan peternak untuk mengambil sekitar 80% dari populasi cacing, sementara sisanya dibiarkan berkembang untuk siklus budidaya berikutnya. Setelah dipanen, cacing sutra harus dibersihkan dengan cara direndam dalam air bersih sebelum dijual atau digunakan kembali untuk pembiakan. Teknik ini memastikan cacing dalam kondisi bersihdan siap digunakan sebagai pakan ikan berkualitas tinggi.

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan tenaga kependidikan Departemen Perikanan UGM dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik budidaya cacing sutra. Selain sebagai bentuk pemanfaatan limbah organik, budidaya ini juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat. Dengan keterampilan yang diperoleh, peserta dapat mengembangkan budidaya cacing sutra secara mandiri atau mengajarkannya kepada mahasiswa serta komunitas perikanan. Ke depannya, pelatihan semacam ini diharapkan dapat terus dilakukan guna meningkatkan inovasi dalam bidang perikanan yang berkelanjutan. Pelatihan ini sejalan dengan tujuan global atau SDGs pada poin ke-4 : Pendidikan Bermutu, poin ke-7 : Energi Bersih dan Terjangkau, poin ke-11 : Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, poin ke-15 : Menjaga Ekosistem Darat. 

Penulis : Rafi Sukma Aulia

Editor 1 : Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc.

Editor 2 : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han)

Intip Proses Uji Proksimat Pakan Maggot

Berita Wednesday, 14 August 2024

Mahasiswa Fakultas Pertanian yang tergabung ke dalam tim pelaksana PPK Ormawa KMIP 2024, melakukan uji proksimat pakan yang maggot yang menjadi salah satu inovasi tim AquaPower.

Pemanfaatan maggot sebagai tepung untuk alternatif pakan ikan yang akan diterapkan di Desa Sumberharjo oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memerlukan pengujian uji proksimat. Uji proksimat merupakan suatu metode kimia yang penting untuk menganalisis kandungan nutrisi dari suatu bahan baku pakan. Dalam uji ini, berbagai komponen utama seperti kadar air (moisture), kadar abu (ash), protein kasar (crude protein), dan lemak kasar (crude lipid). Pendekatan ini memungkinkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam dan komprehensif terkait dengan kualitas nutrisi yang tersedia dalam bahan pakan yang akan digunakan dalam pembuatan pelet maggot. Uji proksimat dapat memberikan landasan ilmiah yang kuat untuk pengembangan pemanfaatan maggot sebagai sumber pakan alternatif yang berkelanjutan dan efisien di tingkat lokal.

Uji proksimat berperan sangat penting dalam analisis kualitas pakan. Tujuan dari dilakukannya uji proksimat yakni untuk mengetahui komposisi nutrisi yang terkandung dalam pakan secara detail. Uji proksimat akan memberikan informasi sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi kandungan gizi dari suatu pakan. Hasil dari uji proksimat dapat membantu untuk merumuskan formula pakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan yang akan dibudidaya, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan FCR yang optimal.

Melalui upaya ini, mahasiswa UGM tidak hanya berkontribusi pada inovasi dalam pakan ikan, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan perikanan lokal. Dengan memanfaatkan maggot sebagai sumber pakan, mereka membuka potensi baru dalam mengurangi ketergantungan pada pakan konvensional dan mempromosikan siklus perikanan yang lebih efisien.

Penulis: Abraham Renjaro Tarigan, Mahardika Bella Pertiwi, M. Riski Ramadhana

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Mahasiswa UGM Manfaatkan Rumput Laut dan Buah Mengkudu untuk Mengurangi Emisi Gas Metana dari Sektor Peternakan

Berita Monday, 22 July 2024

Dewasa ini dunia digegerkan dengan istilah global boiling akibat meningkatnya rata-rata suhu secara drastis di berbagai belahan dunia. Emisi gas metana menjadi salah satu penyebab terjadinya global boiling. NOAA Global Monitoring Laboratory menyatakan bahwa emisi gas metana terus meningkat sejak tahun 1980 dari 1.620 ppb hingga Oktober 2023 mencapai 1933.46 ppb. Emisi gas tersebut berpotensi meningkatkan suhu global 28 kali lipat dibandingkan CO2. Sekitar 20-25% dari total emisi gas metana berasal dari aktivitas peternakan, yaitu melalui proses fermentasi enterik dalam rumen ternak yang menghasilkan gas metana, lalu dikeluarkan melalui feses dan saat ternak bersendawa.

Permasalahan tersebut menarik perhatian lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada untuk melakukan riset pemanfaatan rumput laut (Gracilaria sp.) dan buah mengkudu sebagai aditif pakan yang diharapkan dapat memodifikasi keadaan rumen sehingga dapat menekan angka produksi gas metana pada ternak. Kelima mahasiswa yang melakukan riset ini terdiri dari Ahmad Rizal Riswanda Danuartha, Dinda Rahmasari, dan Tanaya Bagus Priya Waskita dari Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan Angkatan 2022; Aqidatul Izza dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik Angkatan 2022; serta Elsia Manik dari Program Studi Kimia Angkatan 2023, melalui kegiatan program keativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai oleh Kemendikbud-ristek dan didampingi oleh Dosen Pendamping Moh. Sofiul Anam, S.Pt., M.Sc.

Macroalgae atau yang kerap dikenal sebagai rumput laut mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang dapat menurunkan emisi gas metana yang dihasilkan oleh ternak. “Kami menggunakan macroalgae jenis Gracilaria sp. karena banyak mengandung tanin, saponin, alkaloid, dan flavonoid yang dipercaya bisa memodifikasi proses fermentasi pakan di dalam rumen ternak dengan menghambat kinerja bakteri metanogenik, sehingga dapat menekan angka produksi gas metan dari sektor peternakan tanpa mengganggu pencernaan ternak itu sendiri” ujar Ahmad Rizal selaku ketua tim riset.

Tanaya Bagus menambahkan bahwa selain menggunakan rumput laut, inovasi aditif pakan ini juga memanfaatkan buah mengkudu yang pemanfaatannya di dunia peternakan masih cukup minim. “Di daerah Jogja sendiri, produksi buah mengkudu pada tahun 2021 bisa mencapai 163.532 kg. Tetapi masih jarang yang memanfaatkan buah ini, padahal buah mengkudu punya kandungan senyawa metabolit sekunder sekitar 100 jenis, diantaranya adalah tanin, polifenol, flavonoid dan senyawa lain yang kami percayai dapat memodifikasi proses fermentasi dalam rumen, sama halnya dengan Gracilaria sp.”

Pengambilan sampel yang digunakan pada riset ini memanfaatkan berbagai sumber daya lokal yang tersedia di Daerah Istimewa Yogyakarta. “Untuk sampel rumput laut yang kami gunakan diambil dari Pantai Sepanjang, Gunungkidul. Kalau untuk buah mengkudunya, kami ambil buah mengkudu segar dari daerah Berbah, Sleman. Rumput laut kemudian dikeringanginkan selama 2 minggu, sedangkan buah mengkudu dioven pada suhu 550C selama 3 hari. Setelah itu, sampel diekstraksi dan dikeringkan menggunakan metode freeze-drying hingga bentuk akhirnya berupa granule,” tutur Dinda Rahmasari.

Hasil granule dari macroalgae dan buah mengkudu tersebut nantinya akan diuji keefektifannya melalui uji in vitro yang dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Makanan ternak (TMT) Fakultas Peternakan dan Laboratorium Kimia Organik (KIMOR) UGM. “Pada saat uji in vitro, kami menggunakan cairan rumen dari sapi fistula bangsa bali, kemudian kita ambil gasnya untuk dianalisis produksi gas metananya. Ketika nanti hasil uji gas testnya menunjukkan angka gas yang lebih rendah dari standar, maka inovasi aditif pakan ini terbukti mampu menurunkan emisi gas metana hasil fermentasi rumen,” jelas Elsia Manik.

Ahmad Rizal menyatakan bahwa penambahan ekstrak macroalgae dan M. citrifolia dengan dosis T2 (3% macroalgae + 3% M. citrifolia) dan T3 (2% macroalgae + 4% M. citrifolia) menunjukkan terjadinya peningkatan kecernaan bahan kering mencapai 5,78% dan 4,73%. Selain itu, produksi gas metana pada jam ke-24 terjadi penurunan yang signifikan pada dosis T1 (4% macroalgae + 2% M. citrifolia) dan T3 (2% macroalgae + 4% M. citrifolia) berturut-turut sebesar 14,04% dan 33,1%. Pada jam ke-48 terjadi penurunan produksi gas metana sebesar 27,78%. Padahal, awalnya energi dalam pakan tidak dapat terserap secara optimal karena digunakan untuk produksi gas metan.

“Harapan kami semoga dengan adanya inovasi ini, emisi gas metana yang disumbangkan oleh sektor peternakan dapat berkurang dan dapat mengatasi perubahan iklim sedikit demi sedikit,” ujar Aqidatul Izza.

Penulis: Tim Pelaksana PKM-RE Methangace

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Tim PPK Ormawa KMIP Universitas Gadjah Mada Gelar Sosialisasi AquaPower

Berita Monday, 22 July 2024

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Tim PPK Ormawa KMIP menyelenggarakan sosialisasi program kerja AquaPower: Integrasi Recirculating Aquaculture System dan Pengembangan Pakan Alami Berbasis Tepung Maggot di Desa Sumberharjo. Sosialisasi yang bertempat di Ruang Rapat Kalurahan Sumberharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini diikuti oleh Lurah, Dukuh, serta tokoh masyarakat yang turut menghadirkan Ahmad Husein, S.Pi. dan Dr. Desy Putri Handayani, S.Pi. sebagai narasumber. Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Juli 2024 pukul 13.00 WIB.
Pada kegiatan tersebut, narasumber memperkenalkan dan menjelaskan terkait budidaya ikan menggunakan kolam Recirculating Aquaculture System (RAS) serta pakan pelet ikan berbahan dasar tepung maggot sebagai alternatif pakan komersial.
Melalui sambutannya, Kurniawan Widiyanto, S.E., selaku Lurah Kalurahan Sumberharjo menyambut dengan baik program yang diusung dan berharap budidaya ikan melalui sistem RAS serta pakan ikan alternatif berbahan maggot tersebut dapat diterapkan di Kalurahan Sumberharjo untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut juga sangat antusias dengan program kerja AquaPower.

Penulis: Abraham Renjano Tarigan & Mahardika Bella Pertiwi

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Tim PPK Ormawa KMIP Terapkan Sistem Budidaya Resirkulasi Terintegrasi Pakan Maggot sebagai Solusi Krisis Air dan Pakan Alternatif Ikan bagi Pembudidaya di Desa Sumberharjo

Berita Friday, 28 June 2024

Adanya keterbatasan air di Desa Sumberharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta serta tingginya harga pakan ikan, menjadi salah satu alasan kurang berkembangnya sektor budidaya perikanan yang dijalankan masyarakat sekitar. Kondisi itulah yang mendasari Tim Pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) Keluarga Mahasiswa Ilmu Perikanan (KMIP) untuk menerapkan sistem budidaya resirkulasi dan pembuatan tepung maggot sebagai alternatif pakan di Desa Sumberharjo.

Sistem RAS merupakan salah satu sistem budidaya dengan pengembangan teknologi canggih untuk mengelola air dalam kolam budidaya secara efisien. Dikatakan sebagai teknologi yang mampu mengatasi keterbatasan air dalam budidaya karena air dalam kolam tidak pernah diganti, melainkan diolah kembali dengan menggunakan filter dan perlengkapan lain sehingga tetap layak untuk kehidupan ikan. 

“Kami dalam satu tim mengembangkan sistem tersebut sebagai bentuk pengabdian di Desa Sumberharjo, dan judul yang kami angkat adalah AQUAPOWER: Integrasi Recirculating Aquaculture System dan Pengembangan Pakan Alami Berbasis Tepung Maggot”, papar Faqih Muhammad selaku Ketua Pelaksana Tim Pelaksana PPK Ormawa KMIP, Kamis (27/6). 

“Sistem budidaya resirkulasi atau yang biasa disebut sebagai RAS menjadi salah satu inovasi kami untuk membantu Desa Sumberharjo dalam mengembangkan budidaya ikan karena sistem ini dapat bekerja dengan penggunaan air yang cukup terbatas”, lanjut Faqih. Program AQUAPOWER juga memberikan solusi permasalahan mahalnya pakan ikan dengan memanfaatkan maggot. Pemilihan maggot dapat dijadikan sebagai alternatif yang lebih terjangkau, sehingga solusi ini diharapkan dapat menekan biaya produksi budidaya dan memelihara keberlanjutan kegiatan budidaya di Desa Sumberharjo. “Pembuatan alternatif pakan dari maggot dapat menjadi salah satu solusi atas tingginya harga pakan, karena maggot mengandung protein yang cukup tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ikan dan harganya cukup terjangkau”, ujar Dr. Desy Putri Handayani, S.Pi. selaku dosen pendamping. 

Melalui bimbingan dari Dr. Desy Putri Handayani, S.Pi., program ini mendapat dukungan dari Kemendikbud dan akan dilaksanakan hingga akhir Oktober 2024. Oleh karena itu, melalui program AQUAPOWER Tim Pelaksanaan PPK Ormawa KMIP hadir di Desa Sumberharjo untuk menerapkan solusi dari program yang kami bawa. Para mahasiswa berusaha mengoptimalkan potensi kolam dengan sistem RAS dan membuat alternatif pakan berbahan dasar maggot serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang diharapkan dapat mengembangkan pembudidaya kolam RAS lain yang inovatif dan mandiri.

Tim PPK Ormawa KMIP telah melaksanakan survei dan pendekatan dengan kepala dusun serta kepala desa untuk membantu berjalannya program kami. Saat ini, Tim Pelaksana PPK Ormawa KMIP tengah melanjutkan proses sosialisasi dan aktualisasi kepada masyarakat Desa Sumberharjo untuk melaksanakan program tersebut.

Penulis: Tim PPK Ormawa KMIP
Editor: Nahla Alfiatunnisa

Kembangkan Kemampuan Praktik, Mahasiswa Prodi Manajemen Sumberdaya Akuatik Melaksanakan Praktikum Lapangan

Berita Saturday, 1 June 2024

Pada tanggal, 1 – 2 Juni 2024. Mahasiswa Prodi Manajemen Sumberdaya Akuatik 2021 mengikuti rangkaian praktikum lapangan Sumber Daya Ikan. Praktikum Lapangan ini dilakukan di dua tempat yakni Embung Kaliaji dan Embung Watumanten. Dari kedua tempat ini, mahasiswa mempelajari mengenai ekosistem akuatik yang baik dari sisi hewan akuatik maupun tumbuhan akuatik.

Praktikum lapangan merupakan bagian penting dalam pendidikan mahasiswa perikanan. Selama praktikum lapangan ini, mahasiswa mendapatkan beberapa materi praktik secara langsung yakni identifikasi alat penangkapan ikan, rancang bangun alat penangkapan ikan, hingga identifikasi hasil tangkapan. Dengan adanya beberapa materi praktik tersebut, harapannya mahasiswa mendapat pemahaman yang mendalam mengenai sumber daya ikan dan praktik pengelolaan sumber daya ikan yang ada disekitar mereka.

Penulis : Hanindya Fairuzia Hidayat

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

Tingkatkan Potensi Perikanan Budidaya: Asosiasi Pengusaha Perikanan Kamboja, USDA Bersama USAID Melaksanakan Study Tour to Indonesia Bekerjasama dengan Departemen Perikanan UGM 

Berita Thursday, 25 April 2024

Pada hari Senin hingga Rabu (22-24) April 2024, Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan dari Asosiasi Pengusaha Perikanan Kamboja bersama dengan USDA (United States Department of Agriculture) dan USAID (United States Agency for International Development). Kunjungan dengan tajuk “Study Tour to Indonesia” ini memiliki tujuan utama untuk mempelajari lebih jauh bagaimana sektor perikanan budidaya di Indonesia terutama yang ada di sekitar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Kegiatan pada hari pertama dibuka dengan diskusi bersama Ketua dan Sekretaris Departemen, Ketua masing-masing Program Studi dan Kepala Laboratorium Departemen Perikanan serta kunjungan ke Inkubator Mina Bisnis (IMB) dan Teaching Farm. Selanjutnya para peserta mengunjungi Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) lele yakni Patil Berkah Jaya dan Berkah Galeri Jaya di Kabupaten Bantul. Pada hari ke dua dilaksanakan kunjungan ke lokasi budidaya patin Ngupoyo Mino serta budidaya nila yakni Mino Ngremboko dan Taruna Mina. Pada hari terakhir peserta mengunjungi industri pengolahan produk perikanan yakni CV. Karya Produksi Kamto yang memproduksi pempek serta tempat pengalengan produk Mina Bahari di Kabupaten Sleman. Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke  CV. Sentindo Athaya Utama dan kunjungan ke tambak udang vaname di Kabupaten Purworejo. 

Mrs. Mary Lep selaku peserta yang merupakan salah satu direktur UNICA Kamboja menyampaikan “it is very interesting how Yogyakarta have several fisheries industry, start from hatchery, intensive aquaculture, until fish processing company. We gain so much information about how efficient and profitable the aquaculture industry in Yogyakarta is, and we look forward to implementing it in Cambodia to develop our fisheries industry”. Sesuai dengan tujuan berlangsungnya kegiatan ini, para peserta merasa sangat puas dengan informasi yang didapatkan dari seluruh sektor perikanan yang dikunjungi dan berharap kedepannya bisa menerapkannya di Kamboja. 

Penulis : I Putu Aditya Wibawa

Editor: Nahla Alfiatunnisa, S.Pi.

ILMU SOSIAL DALAM KACAMATA INDUSTRI PERIKANAN

Berita Friday, 15 March 2024

(The Expedition Podcast by Media Perikanan eps #1)

Cerita tentang perjalanan hidup selalu menjadi sebuah cerita yang menarik untuk didengar. Melalui cerita tersebut, kita dapat mengetahui latar belakang, perjuangan, hingga alasan dibalik profil seseorang. Oleh karena itu, Podcast Media Perikanan pada periode ini hadir dengan mengangkat tema “The Expedition” dimana para narasumber akan menyampaikan materi dengan dibalut cerita tentang perjalanan hidupnya. 

Episode pertama The Expedition menghadirkan Mochammad Abdul Ghony (Aby). Aby merupakan seorang mahasiswa sarjana Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik angkatan 2022. Dalam podcast ini Aby bercerita mengenai ketertarikannya di bidang ilmu sosial. Ia mengungkapkan bahwa berdinamika dan menjadi bermanfaat bagi orang banyak mendatangkan suatu kebahagiaan tersendiri. “Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri ketika saya dapat membagikan apa yang saya punya kepada orang-orang di sekitar saya”, ungkapnya.

Sebagai mahasiswa perikanan, Aby juga bercerita tentang ketertarikannya di bidang tersebut, khususnya terhadap sosial ekonomi masyarakat perikanan. Menurutnya, potensi bahari Indonesia yang masih sangat besar ini seharusnya membawa kesejahteraan yang baik bagi masyarakat yang berkecimpung di sektor tersebut. Namun, pada banyak kasus, masih sering dijumpai berbagai ketimpangan dengan masyarakat perikanan sebagai pihak yang dirugikan sehingga sulit untuk mencapai kesejahteraan. Hal ini lah yang membuat Aby tertarik untuk mengulik bagaimana dinamika masyarakat perikanan, baik nelayan maupun pembudi daya, dapat berjalan.

Saksikan selengkapnya di YouTube Media Perikanan UGM.

Pelatihan Berbasis Inovasi: Meningkatkan Keterampilan dalam Pengolahan Produk Perikanan yang Berkelanjutan

BeritaNews Monday, 11 March 2024

 

Pada hari Sabtu, 02 Maret 2024, salah satu dosen Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, yaitu Mgs. Muhammad Prima Putra, S.Pi., M.Sc., Ph.D. bersama ketiga mahasiswa melakukan kolaborasi dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai narasumber dalam penyelenggaraan kegiatan Penyuluhan Mutu dan Keamanan Produk Perikanan di Dusun Nanas, Kabupaten Gunung Kidul. 

 

Dalam kesempatan kali ini, Mgs. Muhammad Prima Putra, S.Pi., M.Sc., Ph.D. memaparkan materi terkait potensi, cara penanganan mutu, dan bagaimana cara mengolah ikan yang baik untuk menghasilkan produk hasil perikanan yang bernilai ekonomis dan memiliki nilai gizi. Produk-produk yang diujicobakan yaitu berupa olahan kaki naga dan stik ikan yang dibuat dari daging ikan Mahi-Mahi hasil tangkapan para nelayan Dusun Nanas.

Program kolaborasi yang diselenggarakan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah 3T, terutama bagi kelompok nelayan wilayah pesisir. Harapannya, kegiatan penyuluhan ini dapat menjadi bekal bagi masyarakat di Dusun Nanas untuk terus berinovasi dan memanfaatkan hasil tangkapannya dengan lebih maksimal.

Universitas Gadjah Mada

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada
Gedung A4, Jl. Flora, Bulaksumur,Yogyakarta, 55281
 +62274-551218
 fish@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY